Sabtu 14 Jul 2018 09:02 WIB

Khofifah Ingin Buat Madura Kembali Jadi Pulau Garam

Petani garam mengeluhkan harga eceran yang terlalu rendah.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Garam asal Madura dan Jepara di Pasar Induk Legi Solo.
Foto: Republika/Andrian Saputra
Garam asal Madura dan Jepara di Pasar Induk Legi Solo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Jawa Timur terpilih Khofifah Indar Parawansa ingin mengembalikan Madura sebagai pulau garam. Dia berharap ada peningkatan inovasi teknologi industri garam di Madura, sehingga dapat mendorong produktivitas dan kesejahteraan yang lebih baik.

"Itu kan yang terus di-create bagaimana inovasi teknologi itu bisa seiring dengan meningkatkan produktivitas, benefit, dan kesejahteraan mereka," ujar Khofifah ketika ditemui di Kantor Wakil Presiden, Jumat (13/7).

Khofifah mengatakan, dia telah berkomunikasi dan bertemu langsung dengan petani garam di Madura, maupun di wilayah pinggiran Surabaya dan Gresik. Dalam pertemuan tersebut, para petani garam mengeluhkan tentang harga eceran yang terlampau rendah. Khofifah mengatakan, para petani garam berharap pemerintah menetapkan HET yang wajar sehingga mereka tetap berminat untuk memproduksi dan menjual garam kepada masyarakat.

"Mereka harap ada HET yang bisa diputuskan oleh pemerintah supaya mereka bisa memastikan harga terendahnya itu sekian," kata Khofifah.

Menurut Khofifah, inovasi teknologi industri garam dapat meningkatkan kualitas garam rumah tangga atau garam konsumsi masyarakat. Di sisi lain, pada tahap tertentu industri garam di Madura dapat memproduksi garam untuk kebutuhan industri yang selama ini masih impor.

"Dengan begitu kita bisa mengurangi impor garam yang sekarang sebetulnya lebih banyak impor garam untuk industri, tapi merembes juga ke pasar," ujar Khofifah.

Adapun dalam sejarahnya, Madura dikenal sebagai pulau garam karena merupakan wilayah penghasil garam di Indonesia. Bahkan, Khofifah menyebut, pada masa dahulu masyarakat Sumenep dapat pergi haji dari hasil berjualan garam.

"Jadi dulu orang Sumenep pergi haji itu adalah petani garam, jangan sampai kemudian garam ditaruh di karung plastik dan diletakkan di pinggir jalan karena mereka tidak berminat menjual sampai ke pembeli, karena harganya sangat rendah," kata Khofifah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement