Ahad 15 Jul 2018 18:24 WIB

Seni Budaya dan Kuliner Indonesia Pukau Masyarakat Lebanon

Penampian seni budaya Indonesia mendapat apresiasi tinggi dari penonton yang hadir.

Acara Abey Heritage Festival yang diselenggarakan oleh Abey Heritage assoscuiation di kampus Lebanese University.
Foto: dok. KBRI Beirut
Acara Abey Heritage Festival yang diselenggarakan oleh Abey Heritage assoscuiation di kampus Lebanese University.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBANON -- Sejumlah sajian seni, budaya, dan kuliner memukau warga masyarakat Lebanon dalam ajang Abey Heritage Festival 2018. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beirut turut berpartisipasi pada acara yang digelar di Kampus Lebanese University berlangsung sejak Ahad dan Senin (8-9/7) lalu.

Indonesia mendapat apresiasi tinggi dari penonton yang hadir. Dari enam negara yang berpartisipasi dalam festival tersebut, hanya empat negara termasuk Indonesia yang menampilkan penampilan seni di atas panggung besar.

photo
Acara Abey Heritage Festival yang diselenggarakan oleh Abey Heritage assoscuiation di kampus Lebanese University.

Abey Heritage Festival diselenggarakan oleh Abey Heritage Assosciation, sebuah organisasi nirlaba  yang berdiri sejak 1997 yang fokus pada pelestarian warisan budaya di Lebanon. Pada tahun tahun sebelumnya organisasi tersebut hanya melaksanakan seminar internasional tentang kebudayaan dan multikulturalisme. Namun tahun ini mereka baru pertama kali mengadakan pameran budaya dan mengundang beberapa perwakilan asing di Lebanon.

Dalam siaran persnya, Ahad (15/7), KBRI Beirut menyebutkan, acara dibuka dan dihadiri Menteri Kebudayaan Lebanon, Pemerintah Daerah dan pejabat setempat. Festival tersebut sengaja dilaksanakan di Lebanese Unversity, universitas terbesar di Lebanon karena tujuan dari festival tersebut adalah memperkenalkan warisan budaya di Kota Abey kepada generasi muda Lebanon termasuk kepada siswa sekolah dan mahasiswa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement