Senin 16 Jul 2018 00:03 WIB

Survei: Elektabilitas Gatot Kalahkan Prabowo

Survei hanya dilakukan kepada responden yang informasi cukup baik tentang tokoh.

Mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei The Initiative Institute mencatat elektabilitas Gatot Nurmantyo sebagai bakal calon presiden pada Pemilu 2019 lebih tinggi dibandingkan Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto. The Initiative Institute mencatat mantan panglima TNI tersebut berada di posisi kedua setelah pejawat Joko Widodo. 

CEO The Initiative Institute Airlangga Pribadi mengatakan Gatot mengalahkan Prabowo karena keduanya berlatar belajang militer. Hasil survei itu menunjukan bahwa responden masih menginginkan pemimpin berlatar belakang militer.

Airlangga mengatakan perolehan angka itu juga menunjukan bahwa responden ingin melihat figur pemimpin yang lebih muda. Selain itu, responden berharap perlu ada pergantian generasi elite militer dalam politik.

"Tokoh militer yang sudah lama dalam dunia politik, sekarang juga diasumsikan untuk bekerja 'di belakang layar' saja," kata Airlangga di Menteng, Jakarta, Ahad (15/7).

Kajian The Initiative Institute menunjukkan tingkat keterpilihan sejumlah tokoh sebagai bakal calon presiden pada Pilpres 2019. Elektabilitas Joko Widodo sebesar 77,8 persen, dan mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo sebesar 63 persen.

Mantan ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD sebanyak 62 persen, dan Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto sebesar 61,5 persen. Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebesar 58,7 persen, Sri Mulyani Indarwati 53,3 persen, serta Tuan Guru Bajang Zainul Majdi 50 persen.

Dalam pemaparan hasil survei tersebut, Airlangga juga menjelaskan bahwa tingkat keterpilihan Jokowi tertinggi karena dianggap dapat bekerja secara profesional. Selain itu, Jokowi memiliki pengalaman dalam pemerintahan, serta beragama Islam.

Survei The Initiative Institute yang dilaksanakan pada 10 Juli hingga 15 Juli 2018. Survei menggunakan purposive sampling dengan mengutamakan responden yang memiliki informasi cukup baik tentang kebijakan dan karakteristik tokoh.

Kelompok responden yang berpartisipasi dalam survei tersebut, meliputi akademisi, jurnalis, anggota organisasi kemasyarakatan dan kepemudaan, kalangan profesional, serta anggota organisasi nonpemerintah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement