REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai salah satu kendala yang dihadapi Joko Widodo adalah memilih wakil yang tepat untuk dirinya dan diterima oleh semua partai pendukung.
Saat ini, sudah ada sembilan partai politik yang mendeklarasikan mendukung Joko Widodo pada Pilpres 2019, yakni PDI Perjuangan, Golkar, Nasdem, Hanura, PPP, PKPI, PSI, Perindo dan terakhir PKB.
Menurut Hendri, kebutuhan Joko Widodo pada pilpres adalah sosok yang religius atau yang mengerti ekonomi. "Tapi intinya kan harus menambah suara. Kalau religius, ada Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi, Mahfud MD, Romahurmuziy, Said Aqil, dan Muhaimin Iskandar. Kenapa religius? Dilihat dari survei, persepsi masyarakat ke Jokowi itu belum sholeh," tutur Hendri.
Hendri menilai, sosok Mahfud MD, cukup ideal sebagai cawapres, karena dianggap religius dan mengerti hukum. Hanya saja masalahnya adalah mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) belum teruji elektabilitasnya. Apalagi dia bukan orang partai dan Mahfud MD juga belum pernah memimpin daerah. Sehingga dia tidak memiliki massa riil. Bahkan, Mahfud MD juga tidak dapat dikatakan bisa menggaet suara Nadhlatul Ulama (NU).
"Tidak juga Mahfud MD itu terafiliasi dengan NU, coba tanyakan ke mereka. Pasti ngomongnya bukan NU tapi orang KAHMI (Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam). Berbeda dengan ketum partai dan pemimpin daerah yang memiliki massa riil, Mahfud MD lebih ke fans club," ungkapnya.
Baca juga, Masuk dalam Bursa Cawapres, Ini Kata Susi.
Kemudian, Joko Widodo bisa memilih people champion seperti Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) RI, Susi Pudjiastuti. Apalagi Susi sudah mendapatkan ijazah SMA sebagai syarat pencalonan. Kemudian bisa juga menggaet Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. Namun siapapun cawapresnya, kata Hendri, jangan sampai justru menurunkan elektabilitas mantan wali kota Solo itu.
Sementara dari kubu oposisi, sudah hampir pasti mengusung Ketua Umum Partai Gerindra sebagai capres. Kemudian untuk cawapresnya bisa diambil dari PKS atau juga sosok independen, seperti Rizal Ramli yang mempunyai jawaban untuk ekonomi. Apalagi Prabowo kerap mengkritisi pemerintah mengenai perekenomian bangsa Indonesia
Tidak menutup kemungkinan juga PAN akan bergabung bersama Gerindra dan PKS.
Selain itu, Hendri tidak setuju jika Partai Gerindra dan PKS dikabarkan akan pisah. Sebab kedua partai ini sangat mesra, bahkan selama pemilihan kepala daerah (pilkada) cukup bagus. Tapi usaha-usaha untuk memecah Partai Gerindra-PKS, karena kalau solid banyak lawan tidak suka.
Selanjutnya untuk peluang poros ketiga atau baru masih terbuka meski sangat sulit. Maka harus melihat pergerakan Partai Demokrat mereka akan menyodorkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan perhitungan elektabilitas 10 persen.
Dengan angka tersebut, menurut Hendri, sedikit mudah bagi Partai Demokrat memainkan koalisinya. Misalnya dengan mengambil Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto. Mengingat, Airlangga hampir pasti dilepas oleh Joko Widodo dari kandidat cawapresnya.