Senin 16 Jul 2018 07:22 WIB

Pembelian Senjata Turki ke Rusia Bikin AS Cemas

Turki berencana membeli sistem peluru kendali S-400 dari Rusia

S 400 Triumph rudal jarak jauh andalan Rusia
Foto: Rusia-Insider.com
S 400 Triumph rudal jarak jauh andalan Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, RAF FAIRFORD -- Rencana Turki membeli pranata pertahanan peluru kendali S-400 dari Rusia akan membahayakan negara NATO di Eropa. Kepala Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) di Eropa, Jenderal Tod Wolters, mengatakan pranata itu dapat digunakan untuk melacak kemampuan dan kelemahan pesawat tempur F-35.

"S-400 bisa digunakan untuk lebih banyak memahami pesawat tempur F-35 (buatan Amerika Serikat) sehingga tidak menguntungkan bagi persekutuan NATO," kata Wolters yang juga menjabat komandan udara NATO, dengan mengatakan bahwa persoalan itu sangat mengkhawatirkan.

AS dan NATO berupaya mencegah pranata pertahanan Rusia itu untuk mengumpulkan informasi terkait pesawat tempur Lockheed Martin, yang semakin diminati negara Eropa. Inggris, Norwegia, dan Italia mempunyai 40 F-35, yang ditempatkan di Eropa hingga akhir tahun lalu.

"Sebanyak 24 pesawat tempur tambahan yang sama juga akan dikirim pada tahun depan sementara Belanda akan membeli dua," kata seorang juru bicara angkatan udara AS.

Rencana Turki untuk membeli sistem pertahanan udara dan rudal dari Rusia telah membuat hubungan antara Washington dan Ankara menjadi panas. Sejumlah anggota parlemen Amerika Serikat bahkan berupaya untuk melarang pengoperasian semua pesawat F-35 di Turki.

Pejabat tinggi AS pada bulan lalu mengatakan bahwa Turki adalah negara sekutu NATO yang penting, namun rencana mereka membeli F-35 terancam akan batal dan Ankara akan menerima sanksi jika mewujudkan rencana pembelian S-400.

Ankara menerima jet F-35 pertama mereka di pabrik Lockheen di Texas pada bulan lalu. Pesawat itu hingga kini masih berada di Amerika Serikat untuk pelatihan.

"Turki harus menjatuhkan pilihan. Apakah mereka akan tetap menjadi bagian dari NATO atau apakah mereka akan bergabung dengan Rusia dalam hal pertahanan," kata David Deptula, seorang jederal pensiunan angkatan udara yang kini menjadi konsultan keamanan.

Deptula mengatakan bahwa NATO tidak akan mengintegrasikan sistem S-400 ke dalam sistem pertahanan udara sendiri karena akan membuat S-400 menerima data terkait taktik operasi dan prosedur. Kedua hal ini bisa ditransfer ke pengguna lainnya.

Pengoperasian F-35 dalam jarak jangkau radar juga akan membuat sistem S-400 menerima informasi kunci terkait karakteristik pesawat, sehingga gerakannya lebih mudah diprediksi.

Wolters mengatakan bahwa selama ini, NATO khawatir mengenai "seberapa lama dan seberapa dekat" pesawat F-35 bisa dioperasikan di dekat sistem S-400. "Itu tantangan bagi kami," kata dia.

sumber : Antara/Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement