Senin 16 Jul 2018 10:25 WIB

Anggota Pussy Riot Terancam Denda dan Pelayanan 160 Jam

Pussy Riot dikenal sebagai band Rusia dengan kritikan pedas bagi Putin.

Anggota band Pussy Riot saat menerobos masuk lapangan di final Piala Dunia, Senin (16/7).
Foto: Reuters
Anggota band Pussy Riot saat menerobos masuk lapangan di final Piala Dunia, Senin (16/7).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Keempat orang anggota band Pussy Riot yang menerobos masuk ke lapangan di tengah pertandingan final Piala Dunia semalam akan dikenai ganjaran hukum. Mereka melanggar aturan pengenaan atribut penegak hukum dan bisa didenda 11.500 rubel Rusia atau 185 dolar AS. Hukuman juga bisa berupakan layanan masyarakat selama 160 jam.

Menurut kantor berita Interfax, Senin (16/7), keempatnya mengklaim kepolisian tidak membolehkan pengacara mengunjungi Pussy Riot yang kini sudah ditahan. Aksi Pussy Riot disertai pernyataan terkait kasus Oleg Sentsov, oposan vokal Rusia dalam aneksasi Krimea dari Ukraina di 2014. Oleg ditahan sejak 2015 selama 20 tahun atas tuduhan konspirasi teror. Dia menolak tuduhan dan melakukan mogok sejak pertengahan Mei.

Pussy Riot mengatakan, seragam kepolisian menyimbolkan betapa kepolisian Rusia butuh direformasi. Tidak jelas apakah mereka menggunakan seragam untuk masuk stadium di tengah penjagaan yang sangat ketat. Band ini tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar.

Baca juga: Anggota Band Rusia Terobos Stadion Saat Final Piala Dunia

Kementerian Dalam Negeri cabang Moskow mengatakan, warga yang terkait aksi menerobos lapangan segera dibawa ke kantor polisi setempat. Dalam video yang beredar tampak dua orang berseragam polisi sedang diinterogasi di kantor polisi. Kanal TV internet Dozhd mengidentifikasi salah satunya sebagai Pyotr Verzilov, salah satu anggota Pussy Riot.

Ia tampak di kamera mengatakan, "Saya untuk Rusia. Sama seperti kamu, jika kamu untuk Rusia."

Lalu muncul suara lain dalam video. "Saya kadang berharap masih di tahun 1937." Tahun itu adalah masa ketika pembersihan pembela Stalin sedang dalam puncaknya.

Pussy Riot terkenal sebagai band yang banyak mengkritik Putin. Dua di antaranya, termasuk istri Versilov, sedang menjalani tahanan selama dua tahun akibat aksi protesnya. Saat final Piala Dunia, Putin menyaksikan pertandingan bersama Presiden Prancis dan Kroasia.

Dikutip dari CBS News, hingga saat ini belum ada komentar dari FIFA. Aksi protes tersebut tampak sebentar di tayangan televisi internasional. FIFA memiliki kebijakan untuk memotong tayangan pertandingan saat ada gangguan di lapangan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement