Senin 16 Jul 2018 13:23 WIB

Pembibitan Sapi di Jabar Minim Minat Investor

Dalam 30 bulan, sapi baru bisa menghasilkan anak.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Induk sapi dan anaknya (ilustrasi).
Foto: Antara/Musyawir
Induk sapi dan anaknya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Bisnis pembibitan sapi, kurang diminat investor. Sebab, jangka waktu perputaran dana modalnya yang terbilang lama. Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat, Dewi Sartika, minimnya minat investor tersebut mengancam ketersediaan bakalan sapi di Jabar.

Dewi mengatakan, pembibitan sapi menjadi yang paling lama dibandingkan ternak lainnya. Dalam 30 bulan, baru bisa menghasilkan anak.

"Investor tidak berminat di pembibitan sapi karena terminnya terlalu lama terutama di sapi," ujar Dewi kepada wartawan belum lama ini.

Menurut Dewi, kegiatan pembibitan semakin langka karena masyarakat Jabar kurang mau mengembangbiakkan ternak. Bibit yang baru lahir, kadang-kadang malah langsung dijual. Ia menilai perilaku tersebut terpaksa dilakukan peternak di Jabar karena biaya pemeliharaan lebih mahal dibandingkan di Jawa Timur.

"Orang Jabar kurang suka memelihara sapi dibandingkan Jatim. Padahal kualitas bibit sapinya tidak kalah," katanya.

Untuk menghasilkan bibit yang bagus, kata dia, diperlukan indukan terbaik yang memiliki catatan dan silsilah terverifikasi. Dinas Peternakan Jabar pun, berupaya merangsang minat para pemilik sapi melalui kegiatan kontes ternak yang akan berlangsung pada 17-19 Juli mendatang di Kota Tasikmalaya. Hewan ternak mulai dari sapi, domba, ayam dan lainnya akan berlomba menjadi yang terbaik untuk meraih penghargaan dan uang pembinaan.

Dewi berharap, melalui kegiatan tersebut,  Jabar bisa mempertahankan sebagai daerah pembibitan sapi. Meskipun jumlahnya masih sedikit namun kualitasnya bisa dibanggakan. Karena, memang tidak mudah untuk mengedukasi peternak di Jabar yang sebagian besar hanya lulusan SD atau SMP.

"Kami mengimbau agar hewan ternak yang bagus jangan dijual, harusnya dipelihara," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement