REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Produksi telur ayam dari peternakan di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) sejak dua bulan terakhir mengalami penurunan drastis. Turunnya produksi mengakibatkan harga telur akhir-akhir ini mengalami kenaikan yang cukup tinggi.
"Produksi telur ayam sekarang ini paling banyak 150 ton per hari, padahal sebelumnya rata-rata setiap harinya mencapai 250 ton," kata Ketua Asosiasi Masyarakat Perunggasan Sumsel (AMPS) Isnaidi, di Palembang, Senin (16/7).
Menurut dia, produksi telur ayam bergerak turun sejak Juni 2018 dan kini jumlahnya turun drastis hingga 100 ton per hari, kondisi tersebut dipengaruhi cuaca panas pada musim kemarau sekarang ini. "Kandang ayam di lokasi peternakan sebagian besar berada di kawasan terbuka sehingga suhu udara di dalam kandang cukup panas karena terpapar langsung matahari, yang berdampak pada penurunan produksi telur," katanya.
Dia menjelaskan, akibat terjadi penurunan produksi, harga jual telur ayam di tingkat peternak mengalami kenaikan untuk mengimbangi biaya operasional. Harga jual telur ayam di tingkat peternak dalam kondisi normal Rp 16 ribu per kg, namun akibat terjadinya penurunan produksi secara drastis, harga jual dinaikkan menjadi Rp 20 ribu hingga Rp 22 ribu per kg.
"Dengan kenaikan harga jual di tingat peternak, mempengaruhi harga telur ayam di pasaran yang sekarang ini mencapai 28 ribu per kg padahal dalam kondisi normal paling tinggi Rp 22 ribu per kg," katanya menambahkan.