REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Kinerja ekspor Provinsi Sumatra Barat terus mencatatkan penurunan, menyusul belum pulihnya harga olahan sawit (CPO) dan karet. Kedua komoditas tersebut, sawit dan karet, merupakan dua andalan utama perdagangan Sumbar.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar merilis, nilai ekspor Sumbar pada Juni 2018 sebesar 108,19 juta dolar AS, menurun 11,48 persen dibanding kinerja Mei 2018. Bahkan, kinerja ekspor Juni 2108 anjlok hingga 31,8 persen bila dibandingkan dengan periode tahun 2017.
Secara kumulatif, ekspor Sumbar sepanjang Januari-Juni 2018 mencapai 773,04 juta dolar AS atau turun 33,84 persen dibanding periode yang sama tahun 2017. Kondisi ini menunjukkan bahwa Sumbar sangat bergantung pada dua komoditas yakni sawit dan karet. Begitu harga keduanya turun, maka kinerja ekspor Sumbar otomatis ikut anjlok.
"Sawit ini banyak diekspor ke India, di mana di sana buat kebijakan peningkatan pajak impor sehingga ekspor kita terimbas. Stok CPO di India juga masih cukup, sehingga impor India dari Sumbar menurun," jelas Kepala BPS Sumbar Sukardi di kantornya, Senin (16/7).
BPS merinci, bila dibedah menurut jenis barang, maka golongan barang untuk ekspor terbanyak adalah lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 66,43 juta dolar AS. Posisi kedua ditempati golongan karet dan barang dari karet sebesar 23,05 juta dolar AS. Negara tujuan ekspor utama adalah India, Amerika Serikat, dan Pakistan.
Sementara dari sisi impor, Sumbar mencatatkan angka 49,7 juta dolar AS pada Juni 2018. Angka ini naik 36,77 persen dibanding Mei 2018. Secara kumulatif, nilai impor Sumbar pada Januari-Juni 2018 sebesar 249,16 juta dolar AS, naik 22,28 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Impor terbanyak Sumbar adalah bahan bakar mineral, pupuk, dan golongan garam, belerang, dan kapur. BPS mencatat bahwa Singapura menjadi pemasok utama produk impor Sumbar.
Dari kinerja ekpsor-impor di atas, tercatat bahwa Sumbar masih melanjutkan tradisi surplus pada Juni 2018. Meski angka ekspor anjlok dan impornya naik, namun nilai ekspor Sumbar masih tetap lebih tinggi ketimbang impornya. Surplus Sumbar tercatat 523,89 juta dolar AS untuk periode Januari-Juni 2018.