REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Energy menyatakan sudah memenuhi kewajaban memasok kebutuhan batu bara untuk pasar dalam negeri atau domestic market obligation (DMO). Kewajiban DMO ini mencapai 25 persen dari total produksi Adaro.
Presiden Direktur Adaro, Garibaldi Tohir menjelaskan 25 persen kewajiban DMO yang diatur oleh pemerintah sudah dipatuhi oleh Adaro. 25 persen dari total produksi batu bara Adaro 54 juta ton atau sebesar 13,5 juta ton sudah dialokasikan untuk kebutuhan dalam negeri.
"DMO kan 25 persen, kita sudah penuhi. Produksi kita 54 sampai 56 juta. Nah, 25 persennya untuk domestik," ujar pengusaha yang akrab disapa dengan panggilan Boy ini di Ritz Caltron, Senin (16/7) malam.
Boy menjelaskan, 25 persen tersebut bukan hanya untuk kebutuhan PLN saja, tetapi juga industri lainnya seperti semen dan industri penunjang lainnya. Hanya saja, kata Boy, 80 persen dari 25 persen alokasi domestik tersebut memang diperuntukan untuk PLN.
"Kewajiba DMO bukan 100 persen untuk PLN. Ada pabrik semen dan industri lain. Hanya 80 persennya untuk PLN," ujar Boy.
Untuk target produksi di semester pertama ini, kata Boy juga sudah tercapai. Meski Boy tidak merinci berapa total produksi batubara saat ini, tapi kata Boy kurang lebih dari produksi total per tahun, capaian di semester satu ini sudah memenuhi target.
"Tapi sekarang produksi kita oke. Per semester kemarin, sudah capai target," kata Boy.
Hingga akhir tahun nanti, kata Boy total produksi yang ditargetkan oleh Pemerintah optimistis akan tercapai. Ia tak menampik pada kuartal pertama kemarin, produksi adaro memang tertinggal karena faktor cuaca buruk.
Namun, produksi bisa kembali diperbaiki seiring dengan perbaikan harga dan cuaca yang baik. "Perbedaan 10 persen oke lah. Kita akan kejar, karena cuaca lebih baik dan harga lagi bagus. Di akhir tahun kita bisa capai kok," ujar Boy.