REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Theresa May menyerukan perlawanan terhadap agresi atau serangan yang telah dibuat Rusia. Menurutnya, Rusia telah menjadi ancaman terhadap norma dan hukum global.
"Penggunaan agen saraf yang mengerikan di Salisbury adalah contoh lain dari semakin berkembangnya pengabaian Rusia terhada norma dan hukum global yang membuat kita semua aman," kata May pada Senin (16/7), dikutip laman Anadolu Agency.
Pernyataan May tersebut mengacu pada penyerangan warga Inggris menggunakan agen saraf novichok di Salisbury pada akhir Juni lalu. Agen saraf itu juga pernah digunakan untuk menyerang Sergei Skripal, seorang warga Inggris mantan agen ganda Rusia. Penyerangan pun terjadi di Salisbury.
Inggris telah menuding Rusia sebagai dalang serangan Skripal. Namun, Rusia membantah tegas tudingan tersebut.
Atas dasar itu, May menilai perlu ada tindakan perlawanan terhadap Rusia. "Kami akan berjuang melawan Rusia selama mereka bersikeras pada upaya untuk melemahkan kepentingan dan nilai kami," ujarnya.
Dalam sebuah pernyataan kepada parlemen mengenai KTT NATO baru-baru ini, May menekankan tanggung jawab kolektif aliansi tersebut dalam memerangi agresi Rusia, apakah itu melalui serangan militer, pembunuhan menggunakan agen saraf, termasuk serangan siber.
Baca: NATO: Pernyataan Negosiasi AS-Taliban Disalahtafsirkan