REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk menindak kendaraan bermuatan lebih akan berdampak pada kenaikan biaya logistik. Meskipun begitu, Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) menilai ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menekan biaya logistik agar tidak mahal.
Wakil Ketua Aptrindo Kyatmaja Lookman mengatakan saat ini ada beberapa perusahaan semen yang tukar-tukar muatan. Padahal, kata dia, hal tersebut bisa diubah sehingga menekan biaya logistik.
Salah satu cara, kata dia, seperti pabrik mie instan yang sudah meninggalkan praktik distribusi satu pabrik lalu mengirim produk ke seluruh Indonesia. Perusahaan mie instan menurutnya saat ini sudah membuka pabrik lebih banyak.
"Karena ketika ongkos logistiknya lebih tinggi, perusahaan punya opsi membuat pabrik mendekat ke pasar. Contoh air mineral tidak ada mengirim ke Surabaya ke Sukabumi pasti cari gunung terdekat, biaya logistiknya saja 60 persen," kata Kyatmaja di Hotel Fairmount Jakarta, Selasa (17/7). .
Selain itu, paling ideal pengiriman barang menurutnya tidak dilakukan dengan memilih transportasi truk. Dia mengatakan banyak pilihan lain untuk mengirim barang dengan kapal Ro-ro dan juga kereta api yang lebih ideal dan tidak merusak jalan nasional.
"Tapi ini (pilihan lain mendistribusikan barang) tidak akan berjalan kalau perusahaan masih seperti ini. Ro-ro tidak akan jalan, kereta tidak akan jalan, semua formula tidak akan masuk karena truk masih bisa memuat paling berat," ungkap Kyatmaja.
Kemenhub akan memaksimalkan jembatan timbang mulai 1 Agustus 2018. Kendaraan bermuatan dan berdimensi lebih akan ditilang. Selain itu jika muatan berlebih mencapai 100 persen dari kuota normal maka barang akan diturunkan.