Kamis 19 Jul 2018 06:34 WIB

Harga Minyak Dunia Naik Didukung Meningkatnya Permintaan

Untuk pertama kalinya persediaan dan produksi minyak mentah AS mencapai 11 juta bph

Ilustrasi harga minyak mentah dunia.
Foto: EPA/Mark
Ilustrasi harga minyak mentah dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak naik pada akhir perdagangan Rabu (18/7) atau Kamis (19/7) pagi WIB. Kenaikan harga ini setelah data pemerintah AS menunjukkan permintaan bensin dan minyak sulingan meningkat.

Selain itu persediaan dan produksi minyak mentah AS meningkat. Untuk pertama kalinya persediaan dan produksi minyak mentah AS mencapai 11 juta barel per hari.

Patokan harga internasional, minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman September meningkat 0,74 dolar AS atau satu persen menjadi ditutup pada 72,90 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Kontrak mencapai terendah sesi di 71,19 dolar AS per barel, terendah sejak 17 April.

Sementara itu, patokan harga di pasar AS, minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, menambahkan 0,68 dolar AS atau satu persen, menjadi menetap di 68,76 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pada Rabu (18/7), stok minyak mentah AS mengejutkan pasar dan naik 5,8 juta barel pekan lalu, karena produksi minyaknya mencapai 11 juta barel per hari untuk pertama kalinya. Impor neto minyak mentah AS pekan lalu naik 2,2 juta barel per hari.

"Pergeseran mingguan dalam stok minyak mentah AS sedang kian dipengaruhi oleh perdagangan internasional dan ini pasti terjadi dengan data minggu ini," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan.

"Sementara kami telah memperkirakan peningkatan impor dan penurunan ekspor, perubahan dalam kedua kategori jauh melebihi harapan kami terutama pada sisi impor."

Minyak mentah berjangka memperpanjang kerugiannya segera setelah rilis data, sebelum merayap lebih tinggi karena pasar mempertimbangkan beberapa poin yang lebih mendukung dalam laporan, seperti penarikan yang lebih besar dari perkiraan dalam stok bensin.

Data EIA menunjukkan persediaan bensin turun 3,2 juta barel, sementara stok distilasi, yang termasuk solar dan minyak pemanas, turun 371 ribu barel. Pasar minyak telah jatuh selama seminggu terakhir karena Arab Saudi dan anggota lain dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia meningkatkan produksi dan beberapa gangguan pasokan mulai berkurang.

Pemenuhan OPEC dan non-OPEC dengan pembatasan produksi minyak telah menurun menjadi sekitar 120 persen pada Juni dari 147 persen pada Mei, dua sumber yang akrab dengan masalah tersebut mengatakan kepada Reuters pada Rabu (18/7).

Para investor juga mulai khawatir tentang dampak pada permintaan energi dari sengketa perdagangan antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya, termasuk Cina. "Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Cina dapat menyeret ekonomi global," kata BMI Research.

"Prospek ekonomi secara luas positif, tetapi sejumlah 'headwinds' muncul, paling tidak dolar yang lebih kuat, meningkatnya tekanan inflasi dan pengetatan likuiditas," kata BMI.

"Perlambatan pertumbuhan perdagangan akan membebani permintaan fisik untuk minyak."

sumber : Antara/Xinhua
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement