Kamis 19 Jul 2018 09:35 WIB

Industri Manufaktur AS Khawatirkan Kebijakan Tarif Trump

Kebijakan tarif Presiden Trump telah mengacaukan rantai pasokan industri manufaktur

Pabrik perakitan mobil.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Pabrik perakitan mobil. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Industri manufaktur di seluruh Amerika Serikat menyatakan kekhawatiran mereka yang meningkat bahwa kebijakan tarif baru pemerintah Presiden Donald Trump akan mengganggu rantai pasokan. Kekhawatiran sektor manufaktur AS ini terlihat dari hasil survei Bank Sentral AS, Federal Reserve (Fed), yang dirilis pada Rabu (18/7).

"Manufaktur-manufaktur di semua distrik menyatakan keprihatinan tentang tarif dan di banyak distrik melaporkan harga yang lebih tinggi serta gangguan pasokan yang mereka dikaitkan dengan kebijakan perdagangan baru," kata The Fed dalam survei terbaru tentang kondisi ekonomi, yang dikenal sebagai Beige Book, berdasarkan informasi yang dikumpulkan sampai 9 Juli.

Di distrik Philadelphia, satu produsen mesin mencatat bahwa dampak dari tarif baja telah mengacaukan rantai pasokannya. "Termasuk mengganggu pesanan yang direncanakan, menaikkan harga, dan mendorong beberapa pembelian panik," hasil survei menunjukkan.

Di distrik Richmond, salah satu produsen kaleng mengatakan tidak bisa mendapatkan kualitas baja yang dibutuhkan di dalam negeri dan mengantisipasi kehilangan bisnis untuk pesaing asing yang tidak dihadapkan dengan tarif baja.

Pemerintah Trump telah memberlakukan tarif tinggi untuk produk baja dan aluminium impor atas dasar keamanan nasional, memprovokasi penentangan yang kuat dari komunitas bisnis domestik dan tindakan pembalasan dari mitra dagang AS.

"Jika proses ini mengarah ke dunia dengan tarif lebih tinggi pada berbagai barang dan jasa yang diperdagangkan, dan itu dipertahankan untuk jangka waktu yang lebih lama ... itu akan berdampak buruk bagi perekonomian kita," kata Gubernur Federal Reserve Jerome Powell kepada anggota Komite Jasa Keuangan Konngres AS pada Rabu (18/7).

Selama dengar pendapat di depan Komite Perbankan Senat pada Selasa (17/7), Powell menyampaikan kekhawatiran tentang kebijakan perdagangan pemerintahan Trump "mungkin juga" berdampak pada upah AS dan pengeluaran modal, meskipun belum muncul dalam angka.

"Kami telah mendengar serentetan kekhawatiran yang sekarang mulai berbicara tentang rencana belanja modal (capex) yang ditangguhkan untuk saat ini," katanya.

Tetapi Powell percaya bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan bagaimana kebijakan perdagangan akan mempengaruhi kebijakan moneter The Fed, karena "sulit untuk memprediksi" hasil akhir dari diskusi saat ini mengenai kebijakan perdagangan serta ukuran dan waktu dari dari dampak stimulus fiskal.

sumber : Antara/Xinhua
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement