REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Polda Daerah Istimewa Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada (UGM) membantah kabar yang menyebutkan keterkaitan kedua instansi dengan seorang terduga teroris yang ditangkap Densus 88 di Kabupaten Sleman pada 18 Juli lalu. Kala itu, penangkapan dilakukan di dua lokasi yaitu di Kecamatan Kalasan dan Kecamatan Depok.
Hingga saat ini belum diketahui secara pasti keterkaitan antara pelaku dengan Polda DIY maupun UGM. Kabar yang beredar, salah satu terduga teroris merupakan pelatih judo.
Kepala Humas dan Protokol UGM, Iva Ariani menegaskan terduga teroris itu tidak ada hubungannya dengan UGM. Ia bahkan sudah mengkonfirmasinya ke Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di UGM.
"Kami informasikan kalau yang bersangkutan bukanlah pelatih judo UGM dan tidak ada hubungannya dengan UGM," kata Iva saat dikonfirmasi awak media, Kamis (19/7).
Senada, Kabid Humas Polda DIY, AKBP Yulianto menerangkan, Polda DIY tidak pernah memiliki pelatihan-pelatihan judo. "Polda DIY tidak punya dojo judo, kita bela diri Polri namanya, kalau tidak punya dojo bagaimana mau latihan," ujar Yulianto.
Sebelumnya, Densus 88 melakukan dua penangkapan di Kabupaten Sleman pada Rabu (18/7) siang dan sore. Penangkapan pertama dilakukan di Kecamatan Depok dan penangkapan kedua dilakukan di Kecamatan Kalasan.
Dari penangkapan itu, Densus 88 mengamankan terduga teroris berinisial J alias AJ di Kecamatan Kalasan. Sedangkan, di Kecamatan Depok, Densus 88 mengamankan lima orang yaitu pasangan IA dan IH, dan tiga anak mereka.