Kamis 19 Jul 2018 19:07 WIB

Bank Mandiri Belum Mau Ikut Biayai Akuisisi Freeport

Salah satu tantangan yakni penyediaan dana valas yang cukup besar.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Teguh Firmansyah
Penandatanganan Divestasi Saham Freeport. Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin bersama CEO Freeport-McMoran Inc Richard Adkerson menandatangni perjanjian divestasi saham PT Freeport Indonesia disaksikan Menkeu Srri Mulyani (dari kanan) di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (12/7).
Foto: Republika/ Wihdan
Penandatanganan Divestasi Saham Freeport. Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin bersama CEO Freeport-McMoran Inc Richard Adkerson menandatangni perjanjian divestasi saham PT Freeport Indonesia disaksikan Menkeu Srri Mulyani (dari kanan) di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (12/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Mandiri menegaskan, untuk sementara belum akan ikut dalam pembiayaan akuisisi saham PT Freeport Indonesia (PTFI). Kemungkinan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) bakal memanfaatkan pinjaman dari bank asing.

Perlu diketahui, setelah Head of Agreement (HoA), PT Inalum akan mengakusisi saham PTFI. Sebanyak 51 persen saham PTFI nantinya diakusisi.

"Memang chalenging di LDR (Loan Deposit Ratio) valas. Jadi semenjak adanya volatilitas pasar global itu kan dari dana valas, sehingga untuk mendanai di skala besar memang dolar ini lagi chalenging," ujar Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo kepada wartawan di Jakarta, Kamis, (19/7).

Maka, kata dia, lebih baik kesempatan membiayai akusisi tersebut diberikan dulu kepada bank asing. Karena untuk bank lokal, mendapatkan dana funding dengan size sebesar itu, dengan tenor seperti sekarang tak mudah.

Baca juga, Menteri Jonan Akui Head of Agreement Freeport tak Mengikat. 

Selain itu, kata ia, bila sumber dananya dari dalam negeri, dikhawatirkan malah mengganggu kebutuhan dalam negerinya. "Jadi memang kita menyampaikan, bank asing mungkin diprioritaskan dulu," katanya.

Ia mengungkapkan semua bank di Indonesia saat ini masih akan mengerem kredit valas. Hal itu karena, LDR valas di semua bank naik. "Otomatis itu ke depan kemampuan kita untuk mendanai proyek valas memang akan sedikit terkendala," ujar Tiko.

Ia mengaku, sebelumnya Bank Mandiri memang sempat ada pembicaraan awal dengan Inalum terkait pembiayaan akuisisi PTFI. Hanya saja belum sampai ke tahap penawaran.  "Jadi dari Inalum pun belum ada pengajuan," tegasnya. Tiko menambahkan, perseroan memang harus mewaspadai pendanaan valas.

PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum), Freeport McMoran Inc, dan Rio Tinto telah melakukan penandatanganan pokok-pokok perjanjian terkait penjualan saham Freeport dan hak partisipasi Rio Tinto di PT Freeport Indonesia ke Inalum. Kepemilikan Inalum di PTFI setelah penjualan saham dan hak tersebut menjadi sebesar 51 persen dari semula 9,36 persen.

Pokok-pokok perjanjian tersebut selaras dengan kesepakatan pada 12 Januari 2018 antara Pemerintah Indonesia, Pemerintah Provinsi Papua, dan Pemerintah Kabupaten Mimika. Dalam kesempatan itu pemerintah daerah akan mendapatkan saham sebesar 10 persen dari kepemilikan saham PTFI.

Dalam perjanjian tersebut, Inalum akan mengeluarkan dana sebesar 3,85 miliar dolar AS untuk membeli hak partisipasi dari Rio Tinto di PTFI dan 100 persen saham FCX di PT Indocopper Investama yang memiliki 9,36 persen saham di PTFI. Para pihak akan menyelesaikan perjanjian jual beli ini sebelum akhir 2018.

Namun, sejumlah pihak mempertanyakan kesepakatan ini. Heads of agreement (HoA) yang ditandatangani oleh Inalum, Freeport McMoran, dan Rio Tinto pada Kamis (12/7) dinilai menyisakan permasalahan terkait dengan status HoA dan harga pembelian. Apakah HoA bersifat mengikat ataukah tidak.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement