Jumat 20 Jul 2018 02:36 WIB

Red: Nur Aini

Gula Petani Tebu Cirebon Menumpuk di Gudang

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Gula petani tebu Cirebon, Jawa Barat, saat ini masih menumpuk di gudang, karena tidak laku dijual. Hal itu membuat mereka tidak bisa menikmati hasil panennya.

"Gulanya masih di gudang, kami tidak melepasnya karena harga yang diajukan saat lelang hanya Rp 9.400 per kilogram," kata seorang petani tebu, Mae Azhar di Cirebon, Kamis.

Dari data PG Sindang Laut kata Azhar, baru 800 ton gula yang laku dijual dan sisanya sampai 4.485 ton belum laku dan masih tersimpan di gudang.

Jumlah tersebut, kata Azhar, mulai dari periode giling satu sampai lima. Sampai saat ini PG Sindang Laut sebagai perusahaan yang menaungi tebu petani masih melakulan giling tebu. "Tapi gulanya tidak ada yang keluar, karena harganya tidak sesuai," ujarnya.

Azhar menuturkan untuk tebu petani saat ini sudah memasuki periode giling yang ke lima, namun gula yang laku hanya pada periode pertama dan kedua. Pada periode giling pertama, gula petani dihargai Rp 9.700 per kilogram dan sudah ada yang dijual, meskipun merugi.

"Kalau periode giling kedua gula kami turun lagi dan dijual Rp 9.600 per kilogramnya," ujarnya.

Sementara itu, petani lain, Syafii juga mengeluhkan turunnya harga gula. Oleh karena itu, ia bingung dan bimbang apakah pada musim tanam 2019 akan menanam lagi atau tidak.

"Sama seperti tahun-tahun kemarin harga gula anjlok lagi dan tanam tahun 2019 itu kita masih ngambang atau bingung, karena tidak ada modal dan harga gula merugikan," katanya.

Syafii yang menanam tebu seluas 3 hektare itu harus selalu gigit jari saat musim panen dan giling tiba, karena harga gula tidak menguntungkan sama sekali.

Padahal biaya untuk tanam tebu, kata dia, setiap tahun naik. Harga pupuk, harga sewa lahan, ongkos tenaga kerja dan lainnya terus merangkak naik.