REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Pencetak gol terbanyak timnas Australia, Tim Cahill, tahu waktu yang tepat untuk mengakhiri karier internasional dia adalah setelah Piala Dunia 2018. Namun sang penyerang gaek itu mengatakan pada Jumat (20/7), bahwa ia masih ingin terus bermain di level klub.
Pemain berusia 38 tahun itu menyatakan mundur dari sepak bola internasional saat liburan setelah bermain di Piala Dunia keempat dia. "Saya punya firasat, saya telah berpikir: empat Piala Dunia, Piala Asia, Olimpiade, 107 pertandingan, sejumlah gol. Ini keputusan tidak mudah, saya tidak ingin ini menjadi momen buruk (dan)...itu suatu kenikmatan bisa mundur pada usia 38 tahun," kata dia dalam konferensi pers, Jumat.
Cahill mundur sebagai salah satu pemain hebat sepak bola Australia. Beberapa dari 50 gol yang ia cetak terjadi pada saat yang krusial di pertandingan penting. Itu menjadi gambaran kariernya bersama Socceroos selama 14 tahun.
Dia telah berusaha bermain di level klub yang telah berakhir tahun lalu dan meninggalkan klub Liga-A Melbourne City pada Desember lalu. Ia kembali ke Millwall, tempat di mana untuk pertama kali dia menanjak di persebakbolaan dunia 20 tahun yang lalu, dalam pencarian tempat di tim utama sepak bola.
Ketika Cahill hanya tampil 10 kali bagi klub Divisi Championship Inggris tersebut, pemain berdarah Samoan ini mengatakan, akan terus bekerja lewat kebugarannya dan kondisi mental dia.
Cahill menceritakan momen sebelum berlaga di Rusia. Ia mengungkapkan, enam bulan merupakan prioritas untuk Australia. Demi memastikan itu, ia menyiapkan fisik dan mentalnya dengan maksimal.
"Ketika Anda berusia 38 tahun dan siap berada di tiga Piala Dunia dan bermain di seluruh turnamen besar adalah sesuatu hal yang saya telah pelajari. Saya berada di sana untuk negara saya, ini tentang pertandingan tim saya," kata dia.
Cahill hanya sedikit beraksi di Rusia, hanya berada di bangku cadangan dan menjadi pemain pengganti pada babak kedua saat Australia kalah 0-2 dari Peru di pertandingan babak penyisihan grup. Ia mengaku tidak frustrasi oleh penampilannya yang sedikit .
"Saya tahu bahwa saya mendapat momen saya ketika saya mendapatkan itu saat melawan Peru," katanya.
"Frustrasi adalah kata yang digunakan karena orang suka melihat saya bermain lagi dan bagi kami bisa ikut di Piala Dunia keempat saya adalah hebat. SSeorang pemain harus berpikir lebih dari sekedar tentang situasi personal dia."