Senin 23 Jul 2018 11:20 WIB

POP Wadah Ekspresi Olahraga Perempuan

PBVSI mengapresiasi usaha Fatayat NU untuk memfasilitasi keterlibatan usia lanjut.

Pertandingan bola Voli di ajang POP Fatayat NU
Foto: Istimewa
Pertandingan bola Voli di ajang POP Fatayat NU

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sejak awal dicanangkan sebagai program nasional, Pekan Olahraga Perempuan (POP) dimaksudkan untuk pembudayaan olahraga, menggalakkan partisipasi perempuan sekaligus sebagai ruang ekspresi. Dalam pelaksanaannya terbukti perempuan dari berbagai kalangan dan usia terlibat aktif. 

Murni, pengurus PBVSI Jawa Timur mengatakan ada hal menarik dalam ajang POP Jatim. Selain tingkat partisipannya tinggi, keunikan lainnya adalah syarat peserta yang semua cabor berusia minimal 35 tahun.

"Jadi ini yang unik pesertanya usia 35 tahun keatas, biasanya pertandingan olahraga pesertanya mayoritas pemuda jadi yang tua gak dapat tempat. Atau kalaupun ikut ya kalah" tuturnya dalam siaran persnya, Senin (23/7).

Usia memang menjadi syarat utama keikutsertaan peserta. Batas minimal untuk semua cabor adalah 35 tahun. Bahkan untuk cabor voli, peserta tertua berusia 65 tahun dari kota Blitar. Selain usia, syarat lainnya adalah delegasi dari organisasi perempuan. 

PBVSI mengapresiasi usaha Fatayat NU untuk memfasilitasi keterlibatan usia lanjut dalam hal olahraga. Dengan adanya syarat minimal tersebut, kekuatan peserta menjadi seimbang. Walaupun di satu sisi justru yang lansia bisa tampil lebih prima.

"Nah, makanya menurut saya ini penting menkado pertimbangan cabor-cabor lain yang mengadakan pertandingan profesional. Setidaknya usia lanjut tetap di perhatikan. Menurut kami ini bisa diusulkan agar bisa disahkan.

Senada dengan PBVSI, PBSI pun memberi kesan tersendiri soal persyaratan peserta POP. Pada cabor bulutangkis, peserta tertua berusia 50 tahun tanding melawan pemain dengan usia yang sama secara tak sengaja.

"Jadi dua orang pemain tertua bertemu satu lapangan, seru banget. Sama kuat dan skornya tipis. Ternyata mereka sama-sama mantan pemain klub" jelas Iwan, salah satu wasit. 

Menurutnya, perempuan khususnya yang sudah berusia lanjut harusnya diberikan ruang ekspresi dalam olahraga. Kalau tidak, mereka yang mantan pemain profesional atau setidaknya pemain di klub tetap memiliki motivasi untuk hidup sehat dan sportif.

Selain soal usia dan latar belakang organisasi, ajang POP memiliki keunikan lain. Adanya pemain yang masih membawa serta balitanya dan menunggui dipinggir lapangan ketika ibunya bermain, juga menjadi sorotan. Menunjukkan semangat tak kunjung padam dengan apapun kondisinya.

Seperti Iffah (35) delegasi dari Fatayat cabang Kabupaten Kediri mengajak anaknya yang masih balita. Menurutnya, kecintaannya pada organisasi dan olahraga bisa menimbulkan kekuatan tersendiri. Saat ditanya soal keikutsertaan balitanya, Iffah hanya  menjawab singkat, "biar dia mengerti dan merasakan arti perjuangan.”

Masih menurut Iwan, dia secara pribadi dan PBSI berharap POP dapat menjadi ajang tahunan. "Maka, inilah uniknya Fatayat yang bisa mengakomodir perempuan dari segala usia dan latar belakang serta kondisinya yang bermacam-macam" tutup Iwan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement