Senin 23 Jul 2018 17:33 WIB

Tak Boleh Ada Teror Sekecil Apa Pun Jelang Pilpres

Aparat diminta tidak menganggap teror terhadap Mardani sebagai kriminal biasa.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Karta Raharja Ucu
Ketua Komite III DPD RI, Fahira Idris
Foto: Instagram Fahira Idris
Ketua Komite III DPD RI, Fahira Idris

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua peristiwa yang diduga aksi teror, menimpa pegiat gerakan #2019GantiPresiden, Mardani Ali Sera, Ketua DPP PKS dan aktivis perempuan Neno Warisman. Ketua Komite III DPD RI Fahira Idris menyebut walaupun belum ada bukti keterkaitak teror ini dengan aktivitas politik keduanya, tetapi aparat harus mengusut aksi teror apapun bentuknya jelang pelaksanaan pilpres 2019.

"Menjelang Pemilu 2019, teror sekecil apapun harus diwaspadai. Tidak boleh dianggap peristiwa kriminal biasa. Kedua peristiwa ini harus diusut dan diungkap tuntas oleh aparat penegak hukum," kata Fahira dalam keterangannya, Senin (23/7).

Dua peristiwa yang menjadi sorotan tersebut adalah pelemparan molotov oleh orang tak dilenal ke rumah Mardani di Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat. Peristiwa kedua adalah terbakar secara mendadaknya mobil Neno Warisman saat terparkir di depan rumahnya di kawasan Cimanggis, Depok.

"Apa yang dialami Bang Mardani dan keluarganya sudah pasti aksi teror, pelakunya harus bisa ditangkap. Apa yang menimpa Mbak Neno Warisman juga harus diungkap, apa benar hanya karena korsleting aki?” ujar Fahira Idris.

Walau masih terlalu dini mengaitkan dua peristiwa ini dengan aktivitas keduanya, tetapi Fahira menegaskan pelaku teror di rumah Mardani harus segera diringkus. Sementara penyebab pasti mendadak terbakarnya mobil Neno Warisman harus diungkap secara tuntas dan transparan. Apa benar merupakan aksi teror atau karena korseleting aki.

Menurut dia, pengusutan tuntas kedua peristiwa ini terutama menangkap pelaku pelemparan bom molotov menjadi penting, agar kasus ini tidak dimanfaatkan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab memperkeruh suasana menjelang Pemilu 2019. Jika peristiwa ini dianggap teror biasa dan lewat begitu saja, maka, bukan tidak mungkin terjadi aksi teror-teror lain yang lebih besar.

Aktifis antiMiras ini menyebut, perbedaan pandangan politik menjelang Pemilu 2019 sebenarnya adalah hal yang lumrah. Namun, perbedaan ini bisa menjadi gesekan besar jika kita memberikan toleransi dan menganggap biasa aksi-aksi teror seperti ini. “Agar tidak menjadi ajang saling curiga dan dimanfaatkan untuk mengadudomba kita, saya berharap kasus ini bisa terungkap sejelas-jelasnya," imbuhnya.

Karena itu, ia mengingatkan penegakan hukum menjadi satu-satu cara agar demokrasi kita tidak dinodai dan dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Sebab banyak pihak yanv ingin memicu konflik di negeri ini. "Jangan sampai dibiarkan leluasa merencanakan dan melakukan aksi-aksi teror," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement