Selasa 24 Jul 2018 12:05 WIB

500 Ulama akan Hadiri Konferensi Internasional di Lombok

Konferensi bertujuan menggali serta mengembangkan nilai Islam moderat.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ani Nursalikah
Ketua Panitia Konferensi Ulama Internasional Fauzan Zakaria menyampaikan kesiapan terkait konferensi ulama internasional di Media Center Pemprov NTB, Selasa (24/7).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Ketua Panitia Konferensi Ulama Internasional Fauzan Zakaria menyampaikan kesiapan terkait konferensi ulama internasional di Media Center Pemprov NTB, Selasa (24/7).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) akan menjadi tuan rumah konferensi ulama internasional untuk kedua kalinya setelah digelar pada tahun lalu. Untuk 2018, konferensi ulama internasional akan kembali dipusatkan di Islamic Center NTB di Kota Mataram pada Kamis (26/7) hingga Ahad (29/7).

Ketua Panitia Konferensi Ulama Internasional Fauzan Zakaria mengatakan, ajang ini akan dihadiri 500 alim ulama dari dalam dan luar negeri. Dari 32 negara yang diundang, 21 negara seperti Mesir, Libya, Maroko, Irak, Suriah, Lebanon, Yaman, Malaysia, Thailand, Singapura, Tunisia, Aljazair, Nigeria, India, Pakistan, Rusia, Ukraina, hingga Brunei Darussalam sudah memastikan diri akan hadir.

Fauzan menyampaikan, Grand Mufti Mesir Syeikh Syauqi Ibrahim Allam dan Rektor Universitas Al Azhar Al Mahrashawi akan menghadiri konferensi ini. Dari Indonesia, akan ada nama Din Syamsuddin dan Mahfud MD.

"Kita juga sudah kirim undangan kepada Bapak Presiden untuk hadir," ujar Fauzan saat jumpa pers di Media Center Pemprov NTB, Jalan Pejanggik, Mataram, NTB, Selasa (24/7).

Dia menjelaskan, konferensi ini merupakan kelanjutan dari kegiatan yang sama pada tahun lalu dan bertujuan menggali serta mengembangkan nilai-nilai Islam yang moderat, toleran, ramah, dan damai seperti tercermin dalam wasathiyyah Islam dalam upaya menanggulangi ekstremisme dan radikalisme dalam beragama; menghadirkan konsep wasathiyyah Islam dan implementasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; mengukuhkan pandangan ahlussunnah wal jamaah yang bercirikan moderat dalam pemikiran dan sikap keberagaman.

"Pertemuan pertama tahun lalu belum selesai. Problem umat Islam ialah banyaknya konflik di dunia. Tantangan terbesar kita mencoba menawarkan konsep-konsep dalam menangani konflik yang ada di dunia," ucapnya.

Dia merinci, konferensi akan membahas sejumlah hal yang terkait ahlussunah wal jamaah, urgensi persatuan, moderasi Islam dalam pemikiran teologi, moderasi Islam dalam pemikiran politik, moderasi Islam dalam pemikiran tasawuf, moderasi Islam dalam pemikiran hukum Islam, serta masalah-masalah kontemporer dalam perspektif moderasi Islam.

Konferensi ini merupakan kerja sama antara Pemerintah Provinsi NTB dengan Forum Komunikasi Alumni Timur Tengah NTB, dan Organisasi Ikatan Alumni Al Azhar Cabang Indonesia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement