Selasa 24 Jul 2018 14:00 WIB

Pemalsuan Tuhan

Percaya kepada Tuhan palsu berarti menggadaikan diri kepada makhluk.

Jimat dan rajah (ilustrasi).
Foto: Islam-institute.com
Jimat dan rajah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhbib Abdul Wahab

Pada era modern yang serbadigital dan rasional ini ternyata banyak fenomena aneh terjadi di masyarakat. Salah satunya adalah orang lebih percaya kepada dukun, paranormal, atau orang pintar daripada percaya kepada Allah SWT. Bisnis jimat dalam berbagai bentuknya: jimat pelaris bisnis, penangkal bala, kekebalan tubuh, perlindungan rumah dan kendaraan, pemikat, bahkan dukun politik tampak banyak diminati sebagian masyarakat.

Sedangkan mempercayai, meyakini, dan bergantung pada dukun, paranormal, atau orang pintar termasuk perbuatan syirik yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya dan diancam tidak akan akan diampuni dosanya selama tidak bertobat (QS an-Nisa' [4]: 48). Syirik berarti menuhankan Tuhan selain Allah. Padahal, Allah itu satu-satunya Tuhan yang kepada-Nya semua makhluk bergantung. Allah itu Mahahadir, Mahakaya, dan Maha Penolong hamba-Nya dalam segala urusan dan dalam menyelesaikan persoalan.

'Uqbah bin 'Amirra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: Telah datang kepada Rasulullah SAW 10 orang (untuk melakukan baiat), maka Nabi SAW membaiat sembilan orang dan tidak membaiat satu orang. Mereka lalu bertanya: 'Wahai Rasulullah, mengapa engkau membaiat sembilan dan meninggalkan satu orang ini?' Beliau bersabda, 'Sesungguhnya dia mengenakan jimat.' Maka orang itu memasukkan tangannya dan memotong jimat tersebut, barulah Nabi Saw membaiatnya.Setelah itu, beliau bersabda, 'Siapa yang mengenakan jimat, maka dia telah menyekutukan Allah'. (HR Ahmad).

Mempercayai jimat dan menggantungkan nasib kepadanya, termasuk perilaku bodoh dan tidak rasional. Percaya kepada Tuhan palsu berarti menggadaikan diri kepada makhluk. Tuhan palsu berupa jimat itu sesungguhnya tidak bisa memberi manfaat ataupun mudarat sehingga tidak layak dipercayai. Sangat menarik narasi teologis yang disampaikan Nabi Ibrahim AS kepada kaumnya yang juga mempercayai Tuhan palsu. Ibrahim berkata: 'Mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) memberi mudarat kepada kamu?'(QS al-Anbiya'[21]: 66).

Allah juga menegaskan, Tuhan palsu atau pemalsuan Tuhan itu tidak memiliki kekuatan apa pun. Apa yang mereka sangka dapat mendatangkan keuntungan hanyalah tipu daya setan yang "mengelabui dan menghalusinasipemakai jimat. Karena itu, cukup Allah sebagai Tuhan sebagai penolong dan pelindung. (QS az- Zumar [39]: 38).

Berkonsultasi dengan kahin (orang yang mengaku dapat mengetahui hal gaib yang akan datang), 'arraf (orang yang mengaku dapat mengetahui hal gaib yang telah berlalu), dan sahir (tukang sihir atau orang yang membuat rajah, jimat, jampi-jampi untuk mencelakai orang lain) saja dilarang, apalagi mempercayai isi ramalan atau jimatnya. Nabi SAW bersabda, Siapa mendatangi `Arraf (peramal) dan menanyakan sesuatu kepadanya, tidak akan diterima shalatnya selama 40 hari. (HR Muslim).

Pemalsuan Tuhan atau percaya kepada Tuhan palsu tampaknya disebabkan oleh kurang dan lemahnya iman, kerasnya hati, kuatnya bujuk rayu setan, pengaruh lingkungan pergaulan yang tidak baik, derasnya arus materialisme, kuatnya iming-iming menjadi kaya dengan jalan pintas, gencarnya iklan perdukunan dan perjimatan di media massa, dan tidak efektifnya pendidikan agama yang memadai. Karena itu, pendidikan akidah tauhid yang benar dan lurus penting ditanamkan sejak dini, agar terhindar dari dosa besar (syirik) dan membinasakan diri sendiri.

Abu Hurairah berkata bahwa Nabi Saw bersabda: Jauhilah tujuh dosa yang dapat membinasakan.Sahabat bertanya: 'Apa itu ya Rasulullah?' Jawab Nabi: (1) syirik kepada Allah, (2) sihir, (3) membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali yang hak (dibenarkan), (4)makan harta riba, (5) memakan harta anak yatim, (6) melarikan diri dari peperangan (pengecut), dan (7) menghukum mati para mukminat yang baik-baik dengan tuduhan zina. (HR al-Bukhari dan Muslim).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement