Selasa 24 Jul 2018 16:15 WIB

Wasekjen MUI: Jangan Mudah Curiga Soal Kegiatan Ulama

Ulama itu semakin berkumpul dan bermusyawarah semakin sering semakin bagus

Rep: Novita Intan/ Red: Andi Nur Aminah
Wakil Sekertaris Jendral MUI - KH. Tengku Zulkarnain
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Wakil Sekertaris Jendral MUI - KH. Tengku Zulkarnain

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) memiliki beberapa pesan kepada Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF Ulama) yang akan menggelar Itjima Ulama dan Tokoh Nasional pada akhir pekan ini. Salah satunya, kegiatan tersebut harus mengedapankan Islam dan kemashlatan umat.

"Selama kegiatan membela Islam dan kemashlatan umat maka MUI tidak pernah keberatan sepenuhnya. Tidak boleh dicurigai," ujar Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) MUI KH Tengku Zulkarnain ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (24/7).

Menurutnya, MUI akan terus mendukung kegiatan yang mengandung unsur pembelaan Islam. Sebab, setiap kelompok berhak mengeluarkan pendapatnya di hadapan publik. "Selama kegiatan itu tidak melanggar UUD 1945 dan UU yang berlaku maka mereka dijamin untuk berkumpul dan mengeluarkan pendapat, tidak boleh seorang pun yang melarangnya," ucapnya.

Untuk itu, ia menghimbau kepada masyarakat untuk dapat bersikap terbuka terhadap kegiatan yang sering diselenggarakan oleh beberapa tokoh nasional. Hal ini tentunya yang berhubungan dengan kemashalatan umat beragama. "Ulama itu semakin berkumpul dan bermusyawarah semakin sering semakin bagus, kalau ulama bermusyawarah tidak ada kepentingan khusus di dalamnya tapi kepentingan realitas soal umat dan kebangsaan," ungkapnya.

Baca: GNPF Ulama Ingin Berikan Solusi untuk Bangsa

Sebelumnya, Ketua Umum GNPF Ulama, Ustadz Yusuf Muhammad Martak menjelaskan, Ijtima’ ini nantinya akan dihadiri para ulama dan tokoh masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka diundang ke Jakarta untuk didengar pendapatnya tentang kondisi negeri ini. “Insya Allah akan hadir sekitar 500 orang ulama dari seluruh daerah di Indonesia, mereka merupakan perwakilan dari berbagai organisasi yang ada. Kita ingin Ijtima ini juga menjadi ajang silaturahmi para ulama,” ujarnya dalam keterangannya, Senin (23/7).

Ustaz Yusuf juga menegaskan, di antara hal penting yang akan dibahas para ulama dalam Ijtima adalah soal kepemimpinan nasional dan penguatan ekonomi umat. “Kami ingin memberikan petunjuk bagi umat dalam memilih pemimpin. Apalagi ini menjelang tahun 2019, ada momentum pilpres dan pileg. Umat harus bisa menentukan pilihan pemimpin dan wakil rakyat yang jelas berpihak pada Islam dan kaum Muslimin,” ungkapnya.

Selain persoalan kepemimpinan nasional dan ekonomi umat, akan dibahas juga strategi dakwah dan persoalan kelembagaan. Sementara itu, Ketua Stering Committe (SC) Ijtima’ Ulama dan Tokoh Nasional, KH Abdul Rasyid Abdullah Syafii meminta doa dan dukungan dari masyarakat agar acara dapat berjalan dengan lancar. “Ini hajatan kita semua, maka kami mohon doanya agar acara dapat berjalan, berkelimpahan barokah dari Allah. Sehingga dapat betul-betul menghasilkan hal yang bermanfaat bagi umat dan Indonesia,” ungkapnya.

Senada dengan itu, Ketua Organizing Committe (OC) ustaz M Nur Sukma menegaskan timnya akan berusaha sebaik mungkin untuk menyukseskan acara. “Kami ingin berkhidmat melayani para ulama, para kiai, para habaib. Kami berusaha memberikan yang terbaik untuk beliau-beliau. Karena beliau adalah para pewaris nabi, dengan berkhidmat di Ijtima ini semoga kami semua dapat bagian dari keberkahan yanga akan Allah turunkan untuk NKRI,” pungkasnya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement