REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pawai api obor (torch relay) Asian Games 2018 di Pulau Dewata berlangsung meriah hingga hari kedua, Selasa (24/7). Selain Putri Indonesia 2002, Melanie Putria Dewita Sari, dua legenda atlet Indonesia, yaitu Pascal Wimar (atlet voli) dan Ade Rai (binaragawan) turut berkeliling membawa obor yang sumber apinya berasal dari api abadi di Stadion Nasional Dhyan Chand, India.
Ade Rai berharap Indonesia sebagai tuan rumah dengan segala keterbatasan yang ada bisa sukses menghelat acara pesta olahraga terbesar di Asia ini. Prestasi sejumlah atlet nasional di cabang olah raga tertentu bisa optimal, sementara di beberapa cabang lain bisa menjadi ajang menambah pengalaman agar semakin optimal.
"Saya pikir semua positif dan mudah-mudahan bisa berjalan baik dan lancar," ujar Ade saat dijumpai Republika.co.id di Lapangan Niti Mandala Renon, Denpasar, Selasa (24/7).
Khusus cabang olah raga atletik, pria bernama lengkap I Gusti Agung Kusuma Yudha Rai ini menilai Indonesia memiliki potensi luar biasa besar. Ini terbukti sebelumnya Indonesia bisa menjadi juara dunia di berbagai cabang olah raga atletik pada usia muda, di bawah 20 tahun.
Bakat dan potensi atlet di mata Ade Rai tidak mengenal apakah sebuah negara itu maju atau miskin. Semua berpangkal pada bakat yang dimiliki seorang atlet.
Indonesia memiliki atlet-atlet muda dengan bakat dunia. Tantangan sesungguhnya, kata Ade, adalah ketika atlet menginjak usia dewasa sehingga pendekatan bersifat keilmuwan (ilmiah) diperlukan.
"Dulu pendekatan kita cuma alamiah. Begitu atlet muda sudah dewasa, mereka juga harus menggunakan pendekatan ilmiah. Dulu mereka selagi muda, masih anak-anak bisa juara dunia, namun menginjak dewasa dan berkompetisi di level lebih umum, biasanya prestasinya mulai berkurang," jelas Ade.
Ini menjadi kepentingan dan sorotan semua pihak untuk saling membantu. Pendekatan prestasi olah raga di Indonesia, kata Ade, tak semata pemahaman teknis namun juga dari sisi ilmiah, seperti nutrisi.
Pawai api obor Asian Games 2018 di Pulau Dewata berlangsung tiga hari dua malam, 23-25 Juli 2018. Pawai hari pertama digelar mulai dari Jembrana, Tabanan, Pantai Kuta, Tanah Lot, dan Istana Kepresidenan Tampak Siring di Gianyar.
Pawai hari kedua digelar di Ekowisata Subak Sembung, Lapangan Niti Mandala Renon, hingga berakhir di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK). Keesokan harinya, api abadi ini akan diterbangkan ke Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat sebagai kota tujuan berikutnya.