Rabu 25 Jul 2018 16:33 WIB

Keong Sawah yang Picu Keracunan Dijual Rp 2.000

Sekretaris Dinkes Sukabumi duga penyebab keracunan bukan keong, melainkan bumbu.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Teguh Firmansyah
Korban tewas akibat keracunan makanan tutut selesai diotopsi di RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi dan langsung dibawa ke rumahnya di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi untuk dimakamkan, Rabu (25/7).
Foto: Republika/Riga Nurul Iman
Korban tewas akibat keracunan makanan tutut selesai diotopsi di RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi dan langsung dibawa ke rumahnya di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi untuk dimakamkan, Rabu (25/7).

REPUBLIKA.CO.ID,  SUKABUMI -- Makanan tutut atau keong sawah yang diduga menjadi penyebab keracunan warga di Kabupaten Sukabumi dijual Rp 2 ribu per bungkus. Harga yang cukup murah tersebut menyebabkan banyak warga yang membeli.

"Saya membeli tutut seharga Rp 2 ribu per bungkusnya dari pedagang keliling,’’ salah seorang anak yang membeli tutut, Nur Ilham (10), warga Desa Citamiang, Kecamatan Kadudampit, Rabu (25/7).

Ia membeli sebanyak lima bungkus tutut untuk dimakan bersama dengan keluarga yang lain. Menurut Ilham, ia tidak merasakan gejala keracunan seperti puluhan orang lainnya. Namun sebelum makan tutut Ilham sempat meminum air kelapa muda.

photo
Korban keracunan makanan tutut di Desa Citamiang Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi masih ditangani petugas medis di posko kesehatan di lokasi kejadian Rabu (25/7)

Ilham menerangkan, tutut yang disantapnya tersebut memang sedikit terasa kering. Sementara kuah atau bumbu yang menyertainya dirasakan pedas.

Sebelumnya sebanyak 55 orang warga Desa Citamiang dan Desa Sukamanis, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi mengalami gejala keracunan seperti mual-mual, muntah, diare, dan pusing.

Baca juga, Warga Keracunan Keong Sawah, Bupati Tetapkan KLB.

Mereka mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan tutut yang dijual pedagang keliling pada Ahad (22/7). Bahkan satu korban di antaranya yakni Thamrin (19 tahun) meninggal dunia diduga akibat mengonsumsi makanan tersebut.

Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi Harun Alrasyid menambahkan, penyebab dari keracunan sebenarnya bukan dari tutut atau keong sawah. "Kasus di Kadumdampit bukan tutut sebagai penyebab tapi bumbu masak yang dipakai dalam memasak," jelas dia.

Pasalnya kata Harun, dilihat dari kronologis pedagang tutut sudah lama berjualan. Jika keracunan itu bersumber dari tutut dimungkinkan sebelumnya terjadi. Namun keracunan baru kali ini terjadi.

Pemerintah Kabupaten Sukabumi menetapkan kejadian luar biasa (KLB) kasus keracunan makanan tutut atau keong sawah. Pasalnya, jumlah korban keracunan terus bertambah.

Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi menyebutkan, jumlah korban keracunan hingga Rabu (25/7) siang mencapai 55 orang. Dari 55 orang korban keracunan satu di antaranya meninggal dunia pada Selasa (24/7).

 

"Pantauan terakhir masih ada peningkatan pasien korban keracunan," ujar Bupati Sukabumi Marwan Hamami kepada wartawan disela-sela kunjungannya ke lokasi keracunan di Kampung Kebon Kawung Desa Citamiang, Kecamatan Kadudampit.

Pada Rabu pagi, tercatat ada 52 orang yang menjadi korban keracunan keong sawah tersebut. Pada siangnya, korban bertambah tiga orang. Mereka diketahui masih anak-anak.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement