REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menyebut kualitas program siaran televisi masih di bawah standar. Hal itu merupakan hasil Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Periode I Tahun 2018.
Tahun ini, KPI melaksanakan survei sebanyak tiga kali dan periode pertama telah berlangsung pada Januari sampai Maret silam. Ketua KPI Yuliandre Darwis menginformasikan, pihaknya menetapkan standar kualitas program siaran TV sebesar 3,0 dari skala satu sampai empat. Dengan kata lain, program siaran disebut baik atau berkualitas apabila nilai skor indeksnya minimal sebesar 3,00.
"Survei periode pertama tahun 2018 memperlihatkan indeks kualitas program siaran TV secara keseluruhan sebesar 2,84. Secara umum, kualitas program siaran TV masih di bawah standar," kata Andre pada sosialisasi hasil survei di Jakarta, Rabu (25/7).
Skor merupakan penghitungan rata-rata dari delapan kategori program siaran, yaitu wisata budaya, religi, anak, talkshow, berita, variety show, sinetron, dan infotainment. Survei dilakukan oleh unit Litbang KPI, melibatkan 120 panelis ahli dari 12 perguruan tinggi negeri di Indonesia.
Apabila diuraikan, empat kategori yang dinilai berkualitas adalah program wisata budaya (3,21), religi (3,19), anak (3,07), dan talkshow (3,01). Sementara program berita (2,98), variety show (2,51), sinetron (2,41), dan infotainment (2,35) belum mencapai standar.
Menurut Andre, instrumen yang dijadikan alat untuk mendapatkan skor sangat mendetail dan beragam di masing-masing program. Indikator penilaian pada program berita, misalnya, melibatkan aspek keberagaman, pengawasan, faktualitas, akurasi, keadilan, kepentingan publik, ketidakberpihakan, dan relevansi.
Hasil survei yang bisa diakses publik di situs resmi KPI itu diharapkan Andre bisa semakin memacu lembaga penyiaran televisi untuk menghadirkan program berkualitas. Program pun diharapkan berlandaskan empat aspek fundamental, termasuk landasan filosofis, historis, sosiologis, dan yuridis.
"Indeks ini bukan bermaksud memberi rapor kepada lembaga penyiaran, tetapi menjadi masukan karena ada beberapa instrumen yang menurut masyarakat perlu dibenahi, agar terbangun peradaban penyiaran Indonesia yang lebih bermartabat," tutur Andre.