REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Mayoritas satwa yang diamankan oleh Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua mengalami cacat. Ini karena kakinya bekas dirantai.
"Satwa liar yang diterima dan diamankan di kebun transit kebanyakan cacat, kakinya luka bekas rantai, ada yang sayapnya dipotong, itu satwa jenis burung," kata Sintia
dokter hewan yang bertugas merawat dan mengobati satwa di kandang transit milik BBKSDA di Buper Waena, Sintia Sihombing di Jayapura, Kamis (26/7).
"Burung yang cacat ini dikarantina dulu di kandang kecil kemudian dipantau makan atau tidak, kemudian lemahnya di mana lalu diobati," ujarnya.
Selanjutnya, disesuaikan juga jika ada yang kakinya bekas rantai maka itu yang diobati, kalau memang ada indikasi cacingan maka dikasih obat cacing. Kemudian, jika burung itu loyo maka diberi vitamin anti stres. Itu bentuk pengobatan yang dilakukan selama satwa itu berada di kandang transit.
"Kalau secara prosedurnya paling lama satu bulan sudah keluar dan paling cepat satu minggu, ini khusus burung," ujarnya.
Menurut Sintia, satwa yang paling cepat liar sehingga cepat dilepas ke alam bebas yakni jenis reptilia seperti ular dan kadal. "Kalau reptilia membutuhkan waktu untuk diamankan di kandang transit paling lama satu minggu," ujarnya.
Menurut dia, satwa jenis reptilia makin lama diamankan di kadang transit maka lama liar karena semakin jinak lantaran dikasih makan. "Rata-rata satwa yang ada di kandang transit ini umurnya sudah dewasa, kalau untuk jenis burung nuri dan kaka tua ini umurnya sekitar satu sampai dua tahun," ujarnya.
Dia mengatakan, sementara satwa jenis kasuari diperkirakan umurnya sekitar tujuh sampai delapan tahun. Satwa liar yang ada di kandang transit ini kebanyakan stres berbeda dengan hewan lainnya seperti anjing dan kucing, yang kebanyakan mereka sakitnya buang-buang air.
"Kebanyakan satwa liar penyakitnya stres dan terkena virus," tambah Sintia yang mengaku baru tujuh bulan ditugaskan untuk merawat satwa yang diamankan oleh BBKSDA.
TAKE