REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Presiden Donald Trump mengaku sempat mengabaikan panggilan telepon dari para pemimpin dunia yang berusaha memprotes kebijakan AS atas klaim Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Para pemimpin yang berupaya menghubunginya itu ingin meminta Trump mengubah kebijakan tersebut.
"Saya mendapat telepon dari para raja, presiden, dan diktator. Saya mendapat telepon dari semua orang, ketika itu saya tahu tentang apa itu. 'Katakan pada mereka aku akan menelepon mereka pekan depan. 'Lalu saya memanggil mereka dan berkata, 'Oh, saya tidak tahu Anda merasa seperti itu. Yah, sudah terlambat'," kata Trump dilansir Anadolu Agency, Kamis (26/7).
Pengakuan Trump pada Desember terkait Yerusalem sebagai ibu kota Israel secara luas dilihat sebagai langkah meremehkan konsesi lama yang mendukung proses perdamaian Palestina-Israel. Status kota yang diperebutkan secara luas dianggap sebagai masalah status terakhir dalam pembicaraan tersebut.
Selain itu, sikap Trump membuat pemimpin Palestina berada di dalam kondisi yang tersudutkan. Akibatnya mereka terus menolak peran AS dalam menengahi pembicaraan tentang pengumuman dan menolak untuk kembali bernegosiasi.
Palestina sedang mengupayakan Yerusalem Timur yang diduduki oleh Israel sejak 1967 sebagai ibu kota negara Palestina merdeka. Awal tahun ini, AS menangguhkan lebih dari setengah dari pendanaannya untuk badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA).
AS menahan 65 juta dolar dari 125 juta dolar dana bantuan tahunan setelah Palestina menolak peran AS dalam setiap pembicaraan damai. Akibatnya UNRWA pun menghadapi kekurangan dana yang mengancam untuk menghentikan pembukaan sekolah pada bulan September menyusul keputusan AS untuk menghentikan sebagian pendanaannya.
Duta besar Palestina untuk PBB Riyad Mansour menilai perjanjian perdamaian Israel-Palestina oleh AS tidak berguna karena mengabaikan isu Yerusalem dan pengungsi. Pihaknya juga tidak tertarik dengan apa yang diusulkan AS.
"Kami tidak tertarik dengan apa yang akan mereka usulkan karena Yerusalem tidak ada, para pengungsi tidak ada," kata dia seperti dilansir dari Anadolu Agency, Rabu (25/7).
Riyad melanjutkan, pihaknya tidak ingin terlibat dalam sesuatu yang tidak berguna. Sebab katanya, semua hal yang telah diumumkan secara sepihak adalah hal-hal yang tidak akan membuka jalan bagi perdamaian dan kemajuan.