REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menunda pertemuan kedua dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Penasehat Keamanan Nasional AS John Bolton mengatakan, pertemuan kedua kepala negara itu rencananya akan dilanjutkan pada tahun depan.
Bolton mengatakan, pertemuan Putin dan Trump untuk kali kedua ditangguhkan hingga penyelidikan federal terkait campur tangan Rusia dalam pemilu AS berakhir. AS telah menuntut 12 petugas intelijen militer Rusia atas dugaan interfensi dalam pemilihan Presiden 2016 yang memenangkan Donald Trump.
"Presiden berpendapat jika pertemuan bilateral dengan Presiden Putin lebih baik dilakukan setelah perburuan witch hunt Rusia berakhir," kata John Bolton.
Baca juga, Trump Ajak Putin Kunjungi Gedung Putih.
Presiden Donald Trump mengundang Presiden Vladimir Putin ke Gedung Putih di Washington. Undangan itu dilayangkan Trump tidak lama berseleng setelah pertemuan tingkat tinggi (KTT) di Ibu Kota Finlandia, Helsinki.
Langkah Trump untuk mengundang Putin ke Gedung Putih dinilai merupakan keputusan yang kontroversial menyusul banyaknya kritik atas sikapnya usai KTT tersbeut. Trump mengundang Putin untuk mengunjugni AS pada musim gugur nanti yang biasanya terjadi antara September hingga Desember.
Undangan resmi pertemuan bilateral kali kedua itu disampaikan kepada Bolton dan diteruskan kepada Putin melalui mitranya pada Kamis (19/7) waktu setempat.
Belum ada keterangan lebih lanjut terkait rincian undangan yang dilakukan Trump kepada Putin. Topik yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut hingga kini juga masih belum diketahui.
Undangan yang dilakukan Trump kepada Putin juga mengundang kritik secara luas dari politisi AS. Mereka menilai Putin tidak pantas untuk mengunjungi Gedung Putih terlebih setelah KTT Helsinki dimana Trump terlihat melunak usai KTT tersebut.
Meski demikian, Pemerintah Rusia mengatakan, pertemuan Trump dan Putin tetap bisa dilakukan di luar undangan resmi yang telah diberikan.
Asisten Kebijakan Luar Negeri Rusia Yuri Ushako mengatakan, pertemuan kedua kepala negara merupakan hal yang penting dan harus dilakukan.
"Ada opsi lainnya bagi kedua pemimpin untuk bertemu," kata Yuri Ushako mengacu pada pertemuan negara anggota G20 di Argentina pada akhir November nanti.