REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Seperti halnya armada bus Trans Jakarta, dalam waktu dekat Bus Rapid Transit (BRT) atau bus Trans Semarang bakal beroperasi menggunakan bahan bakar gas. Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang segera mewujudkan konversi bahan bakar moda transportasi massal tersebut, setelah uji emisi armada BRT berbahan bakar Compress Natural Gas (CNG) sukses dilaksanakan.
"Proses pemasangan alat konversi bahan bakar pada armada BRT segera dimulai untuk 72 unit BRT," ungkap Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, di Semarang, Kamis (26/7).
Ke-72 unit BRT ini, jelasnya, merupakan armada yang beroperasi pada Koridor 1 (Mangkang- Penggaron), Koridor 5 (Meteseh- PRPP), Koridor 6 (Tembalang- Sekaran) dan Koridor 7 (Terboyo- MAJT). Selain itu, alat konversi bahan bakar ini juga akan dipasang untuk armada Koridor Bandara Internasional Ahmad Yani (BIAY) Semarang.
Proses pemasangan alat konversi bahan bakar pada armada BRT yang menelan anggaran hingga Rp 10 miliar tersebut, direncanakan rampung hingga akhir Desember tahun ini. Separuh dari pembiaya alat konversi ini ditanggung oleh Pemerintah Kota Toyama, Jepang.
"Hal ini sebagai bentuk realisasi kerja sama antara Pemkot Semarang dengan Toyama," tambah wali kota.
Hendrar Prihadi juga menyampaikan, kerja sama dalam hal lingkungan ini sebelumnya telah dirintis oleh Pemkot Semarang bersama pemerintah kota Toyama.
Kerja sama tersebut diwujudkan untuk mengurangi emisi gas buang dari alat transportasi perkotaan (go green transportation). Hal ini dilakukan guna mengurangi polusi udara di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah ini.
Uji coba emisi gas buang pada BRT berbahan bakar CNG di halaman Kantor Wali Kota Semarang, Selasa (24/7). CNG dipilih karena keunggulan ramah lingkungan dan mampu memberikan tenaga tambahan pada mesin armada BRT.