Jumat 27 Jul 2018 13:40 WIB

Peneliti Ungkap Pembantaian Ribuan Aborigin di Australia

Pembantaian Aborigin dilakukan pada masa penjajahan Eropa di Australia.

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Warga Aborigin
Foto: Reuters
Warga Aborigin

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Para sejarawan dari University of Newcastle mengungkapkan ribuan aborigin diduga telah dibunuh dalam 500 pembantaian di seluruh Australia ketika penjajahan Eropa terjadi. Peristiwa tersebut terjadi pada 1788 hingga pertengahan abad ke-20.

Para peneliti itu mengatakan mereka telah mengambil buku harian pemukim, laporan surat kabar kontemporer, bukti dari kelompok pribumi, dan arsip negara bagian dan federal untuk mencoba mengkategorikan kekerasan untuk pertama kalinya.

"Hingga saat ini kami telah mengidentifikasi sekitar 250 lokasi pembantaian di Australia kolonial dan kami memperkirakan akan ada sekitar 500 ketika proyek itu selesai," kata peneliti utama Lyndall Ryan.

Ryan memperkirakan jumlah korban tewas dari 250 pembantaian sudah diidentifikasi  sekitar 6.200 orang. Termasuk kurang dari 100 orang Eropa.

Penelitian, yang diharapkan selesai pada 2019, dilakukan saat warga Australia berkutat pada masalah peringatan kedatangan warga Eropa pertama. Setiap tahun warga Australia menikmati hari libur nasional pada 26 Januari. Tanggal itu diperingati sebagai "First Fleet"  atau Armada Pertama yang berlayar ke Pelabuhan Sydney pada 1788 dengan membawa para tahanan dan pasukan dari Inggris. Beberapa penduduk asli menyebut  sebagai "Hari Invasi".

Sebuah jajak pendapat oleh Australia Institute menunjukkan lebih dari separuh penduduk Australia mendukung perubahan tanggal hari libur nasional itu. Pemerintah konservatif menentang perubahan, meskipun juru kampanye pribumi mengatakan perubahan sangat penting bagi Australia untuk berdamai dengan masa lalunya.

Sebanyak 700 ribu atau lebih penduduk pribumi di negara itu berada di kelas bawah dari 23 juta penduduknya di hampir setiap indikator ekonomi dan sosial.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement