REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Hanura Inas Nasrullah Zubir menilai Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono asal berbicara mengenai kondisi internal koalisi partai politik pengusung Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden (capres). Sehingga, pernyataannya harus dikoreksi.
"Ketika SBY hopeless dengan kondisi AHY, yang bisa dia lakukan hanya mengomentari secara asal tentang koalisi Jokowi," ujar Inas, Jumat (27/7).
Ia menilai SBY sebagai seorang yang peragu sehingga menuntun anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menjadi calon wakil presiden (cawapres). Padahal, menurut dia, seorang cawapres itu harus seorang negarawan, sedangkan AHY masih jauh kalau disebut negarawan.
Inas menghimbau SBY jangan dahulu menilai kemampuan orang lain sebelum mampu menilai kemampuan anaknya sendiri. "Kondisi koalisi parpol pendukung Jokowi mantap terkendali dan bergerak tanpa keraguan memenangkan Jokowi pada Pilpres 2019," kata.
Sebelumnya, SBY meragukan kesolidan enam partai koalisi pendukung Presiden Joko Widodo. SBY menuturkan bahwa sampai saat ini peta koalisi masih sangat cair. Menurut dia, koalisi Jokowi maupun Prabowo Subianto masih bisa berubah sampai penutupan pendaftaran pasangan calon presiden dan wakil presiden di Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Kalau apakah ada kemungkinan bongkar pasang koalisi, ya, dalam politik itu biasa saja. Bisa iya, bisa tidak," ujar SBY saat jumpa pers di kediamannya, Jakarta, Rabu, (25/7) malam.
Ia berpendapat, bahwa masing-masing capres belum memutuskan siapa cawapresnya. Oleh karena itu, peluang anggota partai koalisi bubar bisa saja terjadi setelah pengumuman cawapres masing-masing.
Wakil Sekjen Partai Demokrat, Putu Supadma Rudana mengatakan bahwa SBY tidak pernah menyodorkan AHY kepada siapa pun sebagai cawapres. Menurut dia, yang meminta AHY sebagai cawapres adalah keinginan mayoritas kader Partai Demokrat