REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Fenomena alam berupa gerhana bulan total pada Sabtu (28/7) besok disebut tidak memberikan kontribusi besar terhadap tingginya gelombang di perairan selatan Indonesia. Gerhana bulan total yang juga disebut micro blood moon besok menjadikan jarak jarak antara bumi dan bulan bisa mencapai 406 ribu kilometer (km), lebih jauh dari jarak rata-rata normal yang hanya 384 ribu km.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Minangkabau Achadi Subarkah Raharjo menyebutkan, kontribusi gerhana bulan terhadap gaya pasang surut dan naik air laut tidaklah besar. Ia menjelaskan, tingginya gelombang laut yang terjadi beberapa ini lebih banyak disebabkan karena dinamika cuaca. Kondisi tekanan tinggi yang bertahan di Samudra Hindia (barat Australia) atau disebut dengan istilah Mascarene High memicu terjadinya gelombang tinggi di perairan selatan Indonesia.
Hal ini, lanjutnya, dikarenakan kecepatan angin yang tinggi di sekitar wilayah kejadian mascarene high di Samudra Hindia (barat Australia). Belum lagi, terjadinya swell/alun yang dibangkitkan oleh mascarane high menjalar hingga wilayah Perairan Barat Sumatra, Selatan Jawa, hingga Pulau Sumba. Kondisi tersebut juga berdampak pada peningkatan tinggi gelombang hingga berkisar 4-6 meter di perairan selatan Jawa hingga Nusa Tenggara.
Sementara itu, lanjut Achadi, di sebelah utara Indonesia muncul gangguan cuaca lain, Badai Tropis Jongdari di sebelah timur Filipina. Badai tropis ini menyebabkan dinamika cuaca menjadi meningkat terutama di utara ekuator Indonesia, termasuk Sumatra Barat.
Fase Gerhana Bulan Total Terlama Nanti Malam
"Kewaspadaan akan potensi gangguan cuaca seperti hujan lebat, angin kencang dan gelombang tinggi masih perlu diwaspadai, terutama dampak yang ditimbulkannya," katanya, Jumat (27/7).
BMKG Minangkabau sendiri telah mengeluarkan Peringatan Gelombang Tinggi untuk periode tanggal 26-29 Juli 2018, dengan potensi tinggi gelombang antara 1,25-2,5 meter yang berpeluang terjadi di perairan timur Kepulauan Mentawai.
"Nelayan, pengguna dan operator sarana transportasi laut dan masyarakat di sekitar pesisir untuk menyesuaikan dengan kondisi yang tengah terjadi," katanya.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Sumbar Erman Rahman juga menambahkan, masyarakat dan nelayan diminta hati-hati untuk berkativitas di tepi atau tengah laut. Menurutnya, gelombang tinggi masih berpotensi terjadi dalam beberapa hari ke depan.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 18 rumah milik warga Ulak Karang Utara, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang mengalami kerusakan karena dihantam gelombang pasang laut yang tinggi, Kamis (26/7) pagi. BPBD telah menyerahkan 100 karung berisi pasir untuk menghambat laju gelombang laut.