REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengundang Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Moskow, meski banyak pihak mengecam pertemuan pertama kedua tokoh tersebut di Helsinki pada pekan lalu. Undangan tersebut ia sampaikan pada Jumat (27/7).
Amerika Serikat dan Rusia sebelumnya menunda rencana pertemuan kedua Trump-Putin di Washington. Agenda itu batal setelah warga Amerika Serikat menghujani sang presiden dengan kritik karena dianggap terlalu lembek dalam pertemuan pertamanya dengan Putin.
Sementara itu, Putin mengatakan bahwa pertemuan kedua dengan Trump masih diagendakan. "Terkait pertemuan kami, saya mengerti yang Presiden Trump ucapkan. Dia punya keinginan untuk melanjutkan pertemuan pertama kami," kata Putin saat menghadiri KTT negara BRICS ((Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan) di Afrika Selatan.
"Saya siap. Kami siap menggelar pertemuan itu. Kami sudah menyampaikan undangan kepada Presiden Trump untuk mengunjungi Moskow," kata dia.
Baca juga: Trump Tunda Undang Putin ke Gedung Putih
Putin tidak mengatakan respons Trump terhadap undangannya ke Moskow. Terakhir kali Trump mengunjungi Ibu Kota Rusia tersebut terjadi pada 2013 saat dia menghadiri kontes kecantikan Miss Universe.
"Meski banyak kesulitan terkait situasi politik internal di Amerika Serikat, kami tetap saling berkomunikasi," kata Putin, yang mengisyaratkan kecaman para politisi di Washington terhadap Trump.
Sepulang dari Helsinki, Trump dikritik karena tidak menuntut pertanggungjawaban Putin atas tudingan intervensi pemilihan umum Amerika Serikat tahun 2016 yang dia menangi. Trump bahkan membantah kesimpulan lembaga intelijennya dalam pertemuan tersebut.
Hubungan Rusia dengan Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir sempat jatuh pada titik terendah sejak berakhirnya Perang Dingin. Berbagai persoalan seperti aneksasi di Krimea dan tudingan intervensi pemilu menjadi penyebabnya.
Trump dan Putin sama-sama mengaku berniat untuk memperbaiki hubungan. Namun, upaya tersebut ditentang dengan keras oleh anggota parlemen Amerika Serikat, termasuk dari sesama Partai Republik, yang menilai sang presiden terlalu lembek di hadapan Putin.
Pada Jumat, Putin mengatakan bahwa dunia akan menjadi lebih aman saat Moskow dan Washington bersahabat.
"Di Helsinki, kami membicarakan banyak persoalan penting, termasuk berakhirnya traktat New START pada 2021," kata Putin, merujuk pada kesepakatan pengendalian senjata nuklir.
"Apakah kami akan memperpanjang traktat itu? Jika kami tidak segera berunding, maka kesepakatan itu akan musnah," kata dia.