REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Badan Migrasi PBB (IOM) melaporkan, setidaknya 1.500 pengungsi telah kehilangan nyawa di Laut Mediterania sejak awal tahun ini. Kebanyakan dari mereka meninggal saat melewati rute perairan antara Libya dan Italia.
“Tingkat kematian kali ini berada di titik tertinggi sejak keadaan darurat dimulai,” ujar juru bicara IOM Joel Milllman, Jumat (27/7).
Menurut Millman, sekitar 55 ribu pengungsi telah datang ke Eropa sejak Januari. Jumlah ini sebenarnya menurun dibanding periode sebelumnya pada 2017. Pada tahun itu pengungsi yang datang mencapai 111.753 orang.
IOM mencatat Spanyol menjadi negara tujuan utama pengungsi pada tahun ini, melampaui Italia. Hampir 21 ribu orang datang ke sana sejak Januari tahun ini.
Sementara itu di Italia ada sekitar 18,130 pengungsi yang tiba melalui Mediterania melalui Libya pada tahun ini. Sisanya dilaporkan pergi ke Yunani, Malta, dan Siprus.
Lebih dari 600 pengungsi Afrika memaksa untuk melewati rute ke Spanyol. Mereka melewati kawasan Afrika Selatan terlebih dahulu, hingga tiba di Maroko dan Spanyol, kemudian menggunakan gergaji, gunting, dan palu untuk memotong kawat pagar perbatasa. “Pihak berwenang Spanyol mengatakan bahwa migran dari Afrika Barat menyebrang ke Libya dan memilih Spanyol untuk menjadi negara tujuan,” kata Millman menambahkan.
Baca juga, Italia Izinkan Migran Mendarat di Wilayahnya.
Pada awal bulan ini, organisasi Doctors Without Borders mengatakan, ada sekitar 5,000 hingga 7,000 pengungsi yang ditahan di Ibu Kota Tripoli, Libya. Mereka berada dalam keadaan tidak sehat, di antaranya menderita penyakit kulit dan tuberkulosis.
Pekan lalu, Italia mulai mengizinkan migran untuk turun di wilayahnya. Menteri Dalam Negeri Italia Matteo Salvini mengatakan, beberapa migran yang berasal dari dua kapal dapat turun di Sisilia. Kapal itu menampung 450 pencari suaka.
"Saya memantau situasi dua kapal yang berlayar di perairan Italia ada 16 ibu dan 11 anak-anak yang akan turun dalam beberapa menit ke depan," kata Salvini di saluran TV Rainews 24. Ini adalah tambahan delapan migran lainnya yang mendarat di pulau Lampedusa, Italia, pada Sabtu.
Komentar Salvini datang setelah Jerman, Perancis, dan Malta berjanji untuk menampung 150 migran dari dua kapal. Negara-negara itu menanggapi permintaan bantuan dari Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte.
Salvini, yang juga kepala Liga sayap kanan dan anggota terkemuka pemerintahan baru Italia, memimpin kampanye untuk melarang kapal penyelamat kemanusiaan memasuki pelabuhan Italia. Dia juga berpendapat bahwa negara-negara Eropa harus menemukan cara untuk memblokir para migran sebelum mereka meninggalkan Afrika. Ia berpendapat negara-negara Eropa dapat mengirim perahu pencari suaka kembali ke pelabuhan di mana mereka berasal, termasuk ke pelabuhan Libya.
Di bawah hukum internasional, pengungsi tidak dapat dikembalikan ke tempat yang membahayakan kehidupan mereka. Baik PBB dan UE telah memutuskan bahwa Libya tidak aman.