Ahad 29 Jul 2018 16:32 WIB

Dua Pertiga Tangkapan Nelayan Padang adalah Sampah Laut

Dari tiga baskom tangkapan nelayan dua di antaranya berisi sampah plastik.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Gita Amanda
Enam BUMN, yakni BUMN, yakni Bank BRI, Pegadaian,Telkom Indonesia, Pertamina, Angkasa Pura II, dan Pelindo II meluncurkan Gerakan Sungai Bersih di Kota Padang, Ahad (29/7).
Foto: Sapto Andika Candra
Enam BUMN, yakni BUMN, yakni Bank BRI, Pegadaian,Telkom Indonesia, Pertamina, Angkasa Pura II, dan Pelindo II meluncurkan Gerakan Sungai Bersih di Kota Padang, Ahad (29/7).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Nyaris dua pertiga dari hasil tangkapan nelayan di

Kota Padang merupakan sampah laut yang hanyut dari sungai-sungai besar di daratan. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatra Barat (Sumbar), Yosmeri, mengungkapkan bahwa hal ini banyak dikeluhkan oleh nelayan yang melaut di Perairan Sumbar, terutama di sekitar Kota Padang.

"Nelayan yang tangkap ikan di Muaro (Padang) yang dijaring pasti plastik yang ditangkap. Dari tiga baskom, dua baskom itu plastik," kata Yosmeri usai menghadiri peluncuran Gerakan Sungai Bersih di Muaro, Padang, Ahad (29/7).

Yosmeri mengingatkan, berton-ton sampah laut yang dihanyutkan ke perairan Sumbar akan menghambat pertumbuhan karang yang tak lain adalah rumah bagi berbagai jenis ikan. Terimbasnya karang akan berujung pada berkurangnya jumlah ikan dan mengurangi hasil tangkapan nelayan.

Bermula dari keluhan para nelayan dan kesadaran akan kebersihan sungai yang semakin membaik, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menyisihkan dana pertangggungjawaban sosialnya untuk program bersih-bersih sungai. Meski disadari bersih-bersih sungai hanya menyasar masalah di hilir, namun Yosmeri berharap secara perlahan masyarakat sadar sepenuhnya untuk tidak buang sampah ke sungai.

"Karena ujungnya kan ikan berlimpah, pendapatan nelayan naik. Perlahan, kesadaran masyarakat ini memang harus ditingkatkan," kata Yosmeri.

Sebagai langkah awal, ada enam BUMN yang akhirnya turun tangan menangani masalah sampah di Sungai Batang Arau, Kota Padang. Sungai ini sudah lama menyumbang masalah besar bagi Kota Padang, yakni tingginya volume sampah yang hanyut. Kondisinya makin parah ketika hujan deras melanda.

Melalui enam BUMN, yakni Bank BRI, Pegadaian,Telkom Indonesia, Pertamina, Angkasa Pura II, dan Pelindo II, pemerintah mencoba mengajak masyarakat ikut menyingsingkan lengan untuk membersihkan Sungai Batang Arau dari sampah. "Tentu program ini perlu didukung dengan kebijakan. Pemerintah sudah ada Perda, Pergub, aturan teknis termasuk anggaran dan program. Tinggal sosialisasinya ke masyarakat perlu digalakkan," jelas Gubernur Sumbar Irwan Prayitno.

Komisaris Utama BRI, Andrinof Chaniago, menambahkan bahwa BUMN memiliki komitmen kuat untuk membantu mengangkat perekonomian warga. Sungai Batang Arau, lanjutnya, memiliki potensi ekonomi dan wisata yang besar bagi warga Kota Padang.

"Bisa menjadi pusat rekresasi air, berkembangnya pusat pariwisata, kuliner, dan jasa lainnya," katanya.

Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah menyebutkan, pihaknya akan terus berupaya memaksimalkan pengelolaan sampah di Kota Padang. Apalagi pemerintah pusat menargetkan pengelolaan sampah nasional mencapai 70 persen atau 49,9 juta ton per hari di tahun 2025 mendatang.

Sedangkan di Kota Padang, Mahyeldi menargetkan tingkat pengelolaan sampah mencapai 62,6 persen atau 360 ton per harinya pada 2019 mendatang. Sementara sisanya, 17,4 persen satau 97 ton sampah masih harus ditimpun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Aia Dingin, Kota Padang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement