REPUBLIKA.CO.ID, SEMBALUN -- Jenazah Muhammad Ainul Takzim (26), staf Balai Litbang LHK Makassar yang meninggal dalam musibah gempa bumi berkekuatan 6,4 SR Ahad (29/7) pagi di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, dievakuasi menggunakan helikopter. Direktur Operasional Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Brigjen TNI Mar Bambang Suryo Aji di Lapangan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Selasa (31/7) mengatakan, jenazahnya berhasil dievakuasi dari Bukit Pelawangan pada pukul 11.25 WITA berkat kepiawaian sang pilot helikopter Surya Air PT AMNT.
"Meskipun kondisi cuaca yang memang agak gelap (mendung berawan) tapi berkat kemampuan pilotnya, jenazah korban bisa dievakuasi," kata Bambang Suryo.
Sebelum berhasil dievakuasi menggunakan helikopter, jelasnya, tim yang mengambil jenazahnya di jalur Danau Segara Anak-Bukit Pelawangan diminta untuk mencari lokasi terbuka, yang sekiranya bisa menjadi landasan helikopter. "Karena di areal Bukit Pelawangan yang satu-satunya bisa menjadi tempat landing heli, kita minta tim menunggu jenazahnya di sana," ujarnya.
Setibanya jenazah di Bukit Pelawangan, lanjutnya, tim kemudian melaporkan ke pusat komunikasi di Lapangan Sembalun. Selanjutnya, rencana evakuasi dilanjutkan dengan melakukan pengamatan kondisi cuaca dan berkoordinasi dengan pilot.
"Sampainya di Bukit Pelawangan, tim yang sudah bersama jenazah kita minta untuk menunggu 30 menit. Awalnya dengan pengamatan situasi seperti ini (mendung berawan) kita sarankan jangan dipaksakan (evakuasi jalur udara), tapi beliau (pilot) bilang akan coba," ucapnya.
Dengan kondisi cuaca mendung berawan, pada pukul 11.03 WITA, pilot memilih untuk menerbangkan helikopternya menuju lokasi jenazah. Berselang setengah jam kemudian, helikopter kembali ke Lapangan Sembalun dengan berhasil membawa jenazah Muhammad Ainul Takzim. "Begitu dia coba, berangkat jam 11.03 WITA, helikopter kembali dengan berhasil membawa jenazah," kata Bambang Suryo.