REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Kementertian Luar Negeri (Kemenlu) RI melalui Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Davao masih mengidentifikasi dugaan keterlibatan Warga Negara Indonesia (WNI) dalam peristiwa bom mobil di Filipina Selatan.
Kemenlu juga masih meminta informasi lebih lanjut dari KJRI Davao terkait WNI yang juga menjadi korban dalam insiden tersebut. "Sejauh ini otoritas setempat belum mengindikasikan adanya WNI sebagai korban maupun pelaku," kata Direktur Perlindungan WNI Kemenlu RI Lalu Muhammad Iqbal di Jakarta, Selasa (31/7).
Mengutip laman Manila Bulletin, satu orang yang diyakini WNI tewas dalam peristiwa ledakan. Media itu melaporkan jika korban WNI yang tewas tak lain adalah sopir yang mengendarai mobil bermuatan bahan peledak tersebut.
Baca juga, Ledakan Bom Mobil Filipina, 11 Orang Tewas.
Sebelumnya, sebuah bom mobil meledak di pos pemeriksaan militer di Filipina selatan. Persitiwa itu tak pelak menewaskan 11 orang. Para pejabat menuduh serangan dilakukan oleh militan ISIS.
Seorang juru bicara militer mengatakan, korban tewas di antaranya pelaku, tentara, lima paramiliter dan empat warga sipil. Korban sipil termasuk seorang ibu dan anaknya. Adapun korban luka berjumlah tujuh orang.
Ledakan itu terjadi di Pulau Basilan. Saat itu pasukan keamanan menghentikan kendaraan dan berbicara kepada sopir van. Sopir yang hanya sendiri di van itu kemungkinan yang meledakkan bom.
Basilan adalah benteng kelompok Abu Sayyaf dan merupakan rumah dari mantan pemimpin ISIS di Asia Tenggara. Pemimpin ISIS itu dibunuh pasukan Filipina tahun lalu setelah perburuan lebih dari 15 tahun.
Dalam laporan lanjutan, Komandan satuan Gabungan Basilan Kolonel Fernando Reyeg mengatakan, seorang personelnya juga tewas saat memeriksa kendaraan mencurigakan tersebut. Dia mengatakan, otoritas setempat tidak menutup kemungkinan jika insiden itu dikategorikan sebagai bom bunuh diri.
Seorang tentara yang diwawancarai di radio DZMM mengatakan pengemudi berbicara dalam dialek yang tidak dikenal.