REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Facebook pada Selasa mengaku berhasil mengungkap sebuah upaya politik terkoordinasi untuk memengaruhi pemilihan parlemen Amerika Serikat pada November mendatang. Termasuk berhasil menghapus puluhan akun palsu yang beroperasi di media sosial tersebut.
Sebelumnya, Facebook dan sejumlah badan-badan intelijen Amerika Serikat mengatakan bahwa Rusia telah menjalankan propaganda serupa pada masa pemilu 2016. Pada Selasa (31/7), Facebook mengaku telah menghapus 32 halaman dan akun dari Facebook dan Instagram sebagai bagian dari upaya untuk menghalau campur tangan asing dalam pemilu di Amerika Serikat.
"Perilaku seperti ini tidak akan kami biarkan karena kami tidak ingin ada jaringan akun yang bertujuan untuk menyesatkan publik, mengenai siapa mereka dan apa tujuan mereka," kata Facebook dalam siaran tertulisnya. "Kami masih berada dalam tahap awal penyelidikan. Kami belum mengumpulkan semua fakta yang ada, termasuk siapa dalang jaringan akun ini," kata Facebook.
Salah satu halaman yang dihapus telah memiliki pengikut sebanyak 290.000 orang, dan sekitar 11.000 dolar AS (atau sekitar Rp 150 juta) telah dihabiskan untuk menyebar iklan di media sosial yang sama. Halaman-halaman juga mempromosikan sekitar 30 acara sejak Mei 2017.
Pada pekan ini, Facebook mengatakan bahwa mereka telah melacak jaringan akun itu sebagai bagian dari penyelidikan soal intervensi pemilihan umum parlemen, tulis The New York Times yang pertama kali memberitakannya.
Sebelumnya, Facebook juga mengatakan bahwa 126 juta pengguna media sosial di Amerika telah melihat pesan politik dari Rusia sepanjang dua tahun terakhir di Facebook. Sementara 16 juta orang mengalami hal yang sama melalui Instagram.
Adam Schiff, anggota terkemuka Partai Demokrat pada Komite Intelijen Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat, mendesak Facebook untuk segera bertindak menanggapi kelompok-kelompok asing yang berusaha memengaruhi para pemilih di Amerika. Pemilu parlemen pada November mendatang akan menentukan apakah Partai Republik berhasil mempertahankan kursi mayoritas mereka, baik di Dewan Perwakilan maupun Senat.
"Pernyataan Facebook pada hari ini membuktikan apa yang telah kita khawatirkan sejak lama. Yaitu adanya aktor-aktor asing yang terus menyalahgunakan media sosial untuk memengaruhi pemilihan umum di Amerika Serikat," kata Schiff.
Pada September tahun lalu, Facebook mengungkapkan bahwa sejumlah warga Rusia dengan nama-nama palsu telah menggunakan media sosial untuk menjaring suara pemilih sepanjang beberapa bulan menjelang pemungutan suara tahun 2016. Akun-akun palsu itu banyak menulis tentang topik-topik kontroversial, menggelar sejumlah acara, dan membeli iklan.
Lebih rinci, dikutip dari BBC, Rabu (1/8), Facebook mengatakan akun palsu paling populer adalah Aztlan Warriors, Black Elevation, Mindful Being, dan Resisters. "Aktor-aktor jahat itu berusaha lebih keras untuk menutupi jejak mereka dari Badan Riset Internet (IRA) yang bermarkas di Rusia di masa lalu," kata Facebook.
Termasuk menggunakan virtual private networks (VPNs) untuk menyembunyikan lokasinya, dan menggunakan pihak ketiga untuk menjalankan iklan atas nama mereka. Lebih lanjut, jejaring sosial itu mengatakan tidak menemukan bukti alamat IP Rusia (protokol internet).
Namun Facebook menemukan satu tautan antara IRA dan akun baru. Salah satu akun IRA yang dinonaktifkan membagikan acara Facebook yang diselenggarakan oleh laman Resisters.
Halaman ini juga secara singkat mencantumkan akun IRA sebagai salah satu administratornya. Facebook menambahkan bahwa mungkin tidak pernah dapat mengidentifikasi sumber untuk akun palsu tersebut.
"Rangkaian aktor yang kita lihat sekarang mungkin IRA dengan kemampuan yang ditingkatkan, atau bisa juga kelompok terpisah," jelas Kepala Keamanan Facebook, Alex Stamos.