REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar komunikasi dan marketing politik dari UGM Nyarwi Ahmad menilai narasi politik yang dikembangkan kubu Prabowo Subianto lebih menjual dibandingkan narasi yang dikembangkan kubu Joko Widodo (Jokowi). Narasi politik yang dibangun di kubu Prabowo kian jelas.
“Poin-poin yang disampaikan khususnya dalam pertemuan antara SBY dan Prabowo menunjukkan narasi politik yang menjadi antitesis dari pihak pejawat," kata Nyarwi ketika dihubungi dari Jakarta, Rabu (1/8).
Narasi tersebut, lanjut dia, sebenarnya mirip dengan apa yang pernah disampaikan oleh Prabowo dalam Pilpres 2014. "Narasi populis juga,” kata dia.
Ia mengatakan hal yang membedakan adalah posisi aktor utama dalam hal ini Jokowi, Prabowo, dan Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu, ada dinamika yang terkait dengan politik identitas. “Khususnya di kalangan Muslim perkotaan dan perkembangan kondisi ekonomi saat ini," katanya.