REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Petani lada atau merica di Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, mengeluhkan anjloknya harga lada di pasaran. Apalagi anjloknya harga lada ini terjadi saat mereka sedang panen raya.
''Sejak awal Juli kemarin, harga memang sudah mulai turun. Namun hingga awal Agustus ini harga bukannya membaik, tapi justru makin anjlok,'' jelas anggota Badan Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Pengadegan, Sri Haryanti, Kamis (2/8).
Dalam kondisi normal, jelas Sri, harga lada di tingkat petani bisa laku dijual dengan harga Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu per kilogram. Namun saat ini, pengepul hanya mau membeli dengan harga Rp 30 ribu-Rp 40 ribu per kg.
Ia menyebutkan, turunnya harga lada antara lain karena di berbagai daerah penghasil lada, saat ini juga sedang berlangsung panen. Lebih dari itu, dari informasi yang dia peroleh, pasar ekspor lada asal Indonesia juga sedang mengalami kesulitan, sehingga persediaan lada di Tanah Air cukup melimpah.
''Dari informasi yang saya dapat, pasar lada di Timur Tengah saat ini banyak mendapat pasokan dari Vietnam yang harganya lebih murah. Mungkin karena hal itu, harga di dalam negeri menjadi ikut tertekan,'' katanya.
Menyikapi hal ini, Sri Haryanti mengaku telah meminta para petani lada untuk menahan hasil panennya agar tidak dijual dulu ke pasar. Dia memperkirakan harga lada yang merosot, akan berlangsung selama dua bulan ke depan. ''Mungkin nanti pada sekitar Oktober, harga lada akan naik lagi,'' jelas dia.
Menurutnya, komoditi lada lebih tahan disimpan selama beberapa bulan dibanding komoditi lain seperti gabah. ''Asal dalam kondisi kering, lada yang disimpan bisa tahan bertahun-tahun tanpa perubahan rasa. Berbeda dengan gabah yang kalau disimpan terlalu lama bisa menurunkan kualitas beras,'' katanya.
Disebutkan, selama ini wilayah Kecamatan Pengadegan cukup dikenal sebagai daerah penghasil lada. Produksi lada petani daerah ini tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, melainkan juga diekspor ke berbagai negara seperti India, Jepang, dan Timur Tengah.
Bagi petani di Kecamatan Pengadegan, membudidayakan tanaman lada juga sudah menjadi primadona pertanian mereka. Hal ini karena harga jual lada yang cukup tinggi. ''Harga jual yang cukup tinggi, menyebabkan banyak petani membudidayakan tanaman lada,'' katanya.
Sedangkan jenis tanaman lada yang dikembangkan, adalah tanaman lada perdu. ''Bukan lada rambat, yang penanamannya dilakukan dengan menancapkan batang kayu sebagai media rambat,'' jelasnya.