Jumat 03 Aug 2018 00:05 WIB

Ulama Madura Minta Lawakan 'Telat Azan' Dicabut

Isi lawakan tersebut dinilai telah melecehkan syiar agama Islam

Muazin mengumandangkan Adzan. (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Muazin mengumandangkan Adzan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN -- Ulama Madura, Jawa Timur meminta agar peredaran lawak Madura berjudul 'Telat Azan' yang diperankan oleh Syukur dan kawan-kawan dicabut dari peredaran. Isi lawakan tersebut dinilai telah melecehkan syiar agama Islam.

Ketua Aliansi Ulama Madura (AUMA) KH Ali Karrar Shinhaji menyatakan penayangan lawak dan lagu 'Telat Azan' oleh Syukur dan kawan-kawannya itu menyentuh ranah sensitif syiar Islam. "Tindakan tersebut meresahkan kaum Muslimin, khususnya kaum santri dan dapat dikategorikan sebagai pelecehan terhadap syiar Islam," ucap KH Karrar di Pamekasan, Kamis (2/8).

Oleh karenannya, sambung Pengasuh Pondok Pesantren Al-Misdad, Proppo, Pamekasan itu, Syukur dan Ustat Chairul Anwar harus meminta maaf secara terbuka melalui media sosial facebook kepada umat Islam. Hal itu, karena lawak berjudul 'Telat Azan' tersebut kini menjadi viral di media sosial Facebook, dan meresahkan masyarakat.

AUMA juga meminta agar Ustaz Chairul Anam selaku penyanyi utama setelah peran lawak 'Telat Azan' tidak mengulangi kembali pertunjukan serupa. "Ulama Madura melalui AUMA ini juga meminta, agar Ustadz Chairul Anwar hendaknya menjaga marwah ulama dan kaum santri," kata Kiai Karrar.

Sementara terkait permintaan ulama Madura yang tergabung dalam organisasi AUMA ini, Ustaz Chairul Anwar menyatakan, lawak berjudul 'Telat Azan' yang diperankan dirinya dan Syukur itu, bukan bermaksud melecehkan umat Islam. Lawakan yang dilanjutkan dengan nyanyian itu dimaksudkan sebagai dakwah dan peringatan kepada umat Islam agar bisa azan dengan baik dan benar, serta tepat waktu.

Ustaz Chairul yang juga merupakan penyanyi Orkes Gambus Al-Ifroh yang terkenal dengan lagu 'Reng Madhureh Geoge' asal Ketapang, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur itu mendasari pernyataannya pada kitab "Sullam Taufiq" yakni kitab klasik yang menjadi pedoman dan pelajaran ajib di berbagai pondok pesantren di Pulau Madura.

Menurut Chairul, tindakan yang tidak diniatkan sebagai bentuk pelecehan, bukan termasuk kategori pelecehan. Bahkan melalui sebuah akun Facebook Chairul juga menyertakan beberapa potongan cerah agama sejumlah ulama Madura, yang juga mempermaikan penampilan azan dengan tujuan mengajak, agar tidak melakukan hal serupa.

Sementara itu, kalangan warganet di Pulau Madura, memiliki pendapat berbeda tentang lawak berjudul "Telat Azan" yang diperankan oleh Syukur dan Ustaz Chairul Anwar tersebut. Ada yang memprotes, namun tidak sedikit pula yang mendukung dan memahami lawakan tersebut.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement