Kamis 02 Aug 2018 19:05 WIB

'Indonesia Harus Waspadai Potensi Bencana Kegempaan'

Indonesia tidak memiliki rekaman lengkap semua gunung api aktif.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Friska Yolanda
Foto aerial Masjid yang rusak parah akibat gempa di Desa Trengilut, Senaru, Lombok Utara, NTB, Rabu (1/8). Sejumlah rumah ibadah tidak dapat digunakan karena mengalami kerusakan akibat gempa bumi.
Foto: Akbar Nugroho Gumay/Antara
Foto aerial Masjid yang rusak parah akibat gempa di Desa Trengilut, Senaru, Lombok Utara, NTB, Rabu (1/8). Sejumlah rumah ibadah tidak dapat digunakan karena mengalami kerusakan akibat gempa bumi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Geolog dari Universitas Padjajaran Edy Sunardi mengatakan, hampir seluruh wilayah atau pulau Indonesia termasuk pada area ring of fire atau cincin api Pasifik. Cincin api pasifik yang merupakan produk dari pergerakan lempeng secara otomatis akan menyebabkan daerah tersebut rentan terhadap kegempaan.

"Hampir seluruh kepulauan Indonesia, membentang dari Sabang-Merauke dikenal sebagai Sabuk Gunungapi dan Gempa Pasifik, kecuali Pulau Kalimantan tidak termasuk," kata Edy saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (2/8).

Namun menurut dia, terjadinya gempa di beberapa wilayah di Indonesia seperti Banten, Aceh dan Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak diartikan juga diartikan bahwa cincin api Pasifik tersebut tengah aktif. Karena aktivitas atau pergerakan lempeng di area cincin api pasifik sejatinya terus berjalan tanpa pernah berhenti.

Ditambah, gempa di NTB merupakan gempa yang terjadi akibat adanya subduction dari Indo-Australia. Selain itu, gempa tersebut juga terjadi di selatan dekat subduction dan di utara yang dekat dengan Flores thrust. Maka diyakini bahwa aktivasi dari Flores thrust sebagai back thrust juga ikut berperan.

Keadaan geografi Indonesia yang rentan bencana ini sayangnya tidak direspons secara serius oleh pemerintah. Sebab hingga saat ini, jelas Edy, Indonesia tidak memiliki rekaman lengkap untuk semua gunung api aktif sehingga sulit untuk membuat pemodelan. Padahal, aktivitas pergerakan lempeng hanya dapat diamati dari kegunungapian. 

"Aktivitas hanya dapat diamati dari kegunungapian, sayang nya memang kita tidak punya rekaman komplit untuk semua Gunungapi aktif sehingga sulit untuk membuat pemodelan," tegas dia. 

Karena itu, dia mendorong agar Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi bisa lebih fokus dalam mitigasi kebencanaan geologi. Sehingga pemerintah bisa meminimalisasi dan mengantisipasi bencana sejak dini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement