REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Yogyakarta memprakirakan lima kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta berpeluang ditimpa kekeringan meteorologis. Artinya, beberapa kawasan di Yogyakarta tidak akan mengalami hujan selama dua bulan.
"Kekeringan meteorologis terjadi karena tidak ada hujan sama sekali lebih dari dua bulan," kata Kepala Kelompok Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Djoko Budiono di Yogyakarta, Kamis (2/8). Menurut Djoko, kekeringan meteorologis merupakan berkurangnya curah hujan dari keadaan normal dalam jangka waktu yang panjang bisa berlangsung bulanan, dua bulanan, hingga tiga bulanan.
"Sebagian besar wilayah DIY khususnya bagian selatan adalah wilayah yang lebih kering. Sehingga peluang terjadi kekeringan lebih besar dibandingkan bagian utara DIY," kata dia.
Djoko menyebutkan sejumlah wilayah yang paling berpeluang terjadi kekeringan meteorologis antara lain di Bantul meliputi kecamatan Bambanglipuro, Dlingo, Imogiri, Jetis, Kretek, Pandak, Piyungan, Pundong, Sanden, Sedayu, dan Sewon. Lalu Gunung Kidul meliputi Gedangsari, Girisobo, Karangmojo, Paliyan, Panggang, Playen, Ponjong, Saptosari, Tanjungsari, dan Tepus.
Kulon Progo meliputi Galur, Kalibawang, Lendah, Nanggulan, Samigaluh, dan Temon. Sedang Sleman meliputi Berbah, Minggir, serta Ngemplak.
"Sejumlah wilayah itu telah terjadi hari tanpa hujan lebih dari dua bulan," kata dia.
Berkaitan dengan puncak musim kemarau masih berlangsung, ia mengimbau masyarakat mulai melakukan upaya antisipasi dengan berhemat air. Petani diimbau menanam tanaman yang tidak terlalu membutuhkan air seperti palawija. "Masyarakat agar menjaga kesehatan serta menghindari aktivitas yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran lahan," kata dia.
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunung Kidul telah melakukan penanganan kekeringan dengan dropping air bersih di tiga kecamatan yakni Kecamatan Rongkop, Panggang, serta Ngawen.