Jumat 03 Aug 2018 21:13 WIB

IABIE dan Anak Intelektual Habibie

Program beasiswa ini telah mengirimkan 4.000 tamatan SMA ke sejumlah negara maju.

Rep: Nur Hasan Murtiaji/ Red: Yudha Manggala P Putra
Presiden ke-3 RI Prof BJ Habibie (kedua kanan) didampingi Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie (kedua kiri) dan Ketua Umum Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) Bimo Joga Sasongko (kanan) memberikan pidato saat perayaan milad ke-5 IABIE yang diadakam di kediamaan BJ Habibie di kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (2/8) malam.
Foto: Republika/Hasan Nur Murtiaji
Presiden ke-3 RI Prof BJ Habibie (kedua kanan) didampingi Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie (kedua kiri) dan Ketua Umum Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) Bimo Joga Sasongko (kanan) memberikan pidato saat perayaan milad ke-5 IABIE yang diadakam di kediamaan BJ Habibie di kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (2/8) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) menggelar perayaan milad ke-5, Kamis (2/8) malam, di kediaman Presiden ke-3 RI BJ Habibie, di kawasan Kuningan, Jakarta. Dalam perayaan milad ini, Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Prof Jimly Asshiddiqie hadir menyampaikan orasinya.

Menurut Jimly, selama ini banyak yang lupa mengenai pentingnya memberikan apresiasi terhadap prestasi. Anak bangsa Indonesia tak sedikit yang berprestasi berskala global. Mereka berkontribusi besar dalam mengharumkan nama bangsa dan negara di kancah internasional. Akan tetapi, kerap kali apresiasi terhadap mereka terlupakan.

"Budaya estafet belum terbentuk. Kebanyakan kita cepat lupa pada prestasi, tapi cepat ingat kalau menghujat. Kalau jasa-jasa orang mudah lupa. Apalagi di zaman sosial media saat ini," kata Jimly saat memberikan orasinya, Kamis malam.

Hal penting berikutnya, kata mantan ketua Mahkamah Konstitusi ini, komitmen untuk terus membangun manusia Indonesia seutuhnya. Jimly mengingatkan untuk tak sekadar membangun fisik, tapi lupa membangun sumber daya manusia yang unggul.

Membangun manusia yang unggul dalam hal ilmu pengetahuan teknologi (iptek), dan juga keimanan dan ketakwaannya (imtak). "Kita terus membangun industri, tapi lupa dalam membangun industriawannya," kata ketua Dewan Penasihat IABIE ini.

Sumber daya alam Indonesia yang kaya raya mesti dikelola dengan baik, sehingga membutuhkan sumber daya manusia yang baik pula. Menurut Jimly, tidak mungkin Indonesia miskin sumber daya alam. "Kita dijajah 350 tahun karena kita kaya. Karena itu, pandai-pandailah mengurus kekayaan Indonesia," kata Jimly.

Ketua Dewan Pembina IABIE Prof BJ Habibie dalam pesannya di hadapan puluhan alumnus program beasiswa Habibie yang hadir berharap, IABIE menebarkan kiprahnya dengan bergaul secara luas dengan semua kalangan. Habibie berharap anggota IABIE bisa inklusif karena mereka adalah generasi penerus pengembangan sains dan teknologi.

Habibie mengungkapkan, generasi yang berkiprah dalam kemerdekaan 1945 kini sudah hampir tiada lagi. Namun, estafeta kepemimpinan harus terus berjalan. "Generasi peralihan adalah generasi yang bekerja erat dengan generasi 1945 dan sekaligus juga generasi penerusnya. Itu adalah generasi Habibie. Anda adalah ujung tombak generasi penerus itu," kata Habibie.

Dalam paparannya, Habibie banyak bercerita tentang sejarah pengembangan industri kedirgantaraan nasional. Kepulangannya ke Indonesia dari Jerman atas permintaan Presiden Soeharto kala itu guna mengembangkan industri strategis nasional. Habibie menyanggupi permintaan tersebut karena Indonesia dengan wilayah yang sangat luas membutuhkan sarana transportasi pesawat dan kapal laut.

Penyiapan industri strategis nasional ini pun dirancang secara detail. Namun, terjangan krisis moneter pada 1997 dan 1998 menghentikan proyek tersebut. Atas perintah Dana Moneter Internasional (IMF) dalam letter of intent (LoI), industri strategis nasional direkomendasikan untuk ditutup.

Akibatnya, banyak anak bangsa yang pakar dalam industri kedirgantaraan tidak mendapatkan tempat yang layak di negeri sendiri. "Ratusan dari mereka akhirnya bekerja di Brasil, puluhan lainnya pindah ke Boeing, dan lain-lain," kata Habibie.

Program beasiswa Habibie yang diprakarsai oleh BJ Habibie --yang saat itu menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi-- pada 1982 hingga 1996 telah menelurkan banyak kader berprestasi di bidang sains dan teknologi. IABIE, kata ketua umumnya Bimo Joga Sasongko, yang berdiri pada 2 Agustus 2013 telah mendata 4.000 putra-putri terbaik lulusan program beasiswa Habibie.

Program beasiswa ini memang telah mengirimkan kurang lebih 4.000 tamatan SMA di seluruh Indonesia untuk belajar sains dan teknologi ke sejumlah negara maju, seperti Jerman, Prancis, Inggris, Belanda, Kanada, Austria, Australia, Jepang, dan Amerika Serikat. Data anak intelektual Habibie itu sudah didokumentasikan oleh IABIE, termasuk peran dan kiprah mereka.

Mereka, kata Bimo yang juga pendiri Euro Management ini, tersebar di dalam negeri maupun berdiaspora di banyak negara. "Kini sebagian di antara mereka telah kembali ke tanah air tercinta dan berkontribusi nyata bagi pembangunan dan kesejahteraan bangsa di berbagai lini keahlian, baik di pemerintahan maupun sektor swasta," kata Bimo.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement