Ahad 05 Aug 2018 15:02 WIB

34 Buku Puisi Esai Kini Bisa Diakses Melalui Facebook

34 buku puisi esai mewakili 34 provinsi di Indonesia

Suasana diskusi 'Pro Kontra Puisi Esai' edisi 4 di Yayasan Budaya Guntur, Jakarta, Jumat (4/5).
Foto: istimew
Suasana diskusi 'Pro Kontra Puisi Esai' edisi 4 di Yayasan Budaya Guntur, Jakarta, Jumat (4/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak hanya wartawan dan ilmuwan sosial yang dapat memotret kearifan lokal Indonesia melalui reportase atau makalah ilmiah. Lebih 200 penyair, penulis, aktivis juga dapat memotret batin isu sosial di 34 provinsi dalam 34 buku melalui puisi esai.

Kini 34 buku puisi esai itu, satu buku mewakili satu provinsi, bisa diakses, dibaca bahkan diunduh oleh siapa pun di Facebook bernama Perpustakaan Puisi Esai.

Penggagas gerakan nasional puisi esai, Denny JA, menyebarkan meme di media sosial dengan tagline, 'Dan Penyair Pun Membuat Sejarah'. "Ini bukan sekadar membuat buku puisi, tapi menjadi gerakan budaya dilihat dari banyak sisi," ujar Denny dalam siaran pers kepada Republika.co.id, Ahad (5/8).

Ia menyatakan dari sisi isi puisi, masyarakat akan memahami aneka isu sosial dan kearifan lokal di setiap provinsi. Di Aceh sebagai misal, tergambar suasana batin dinamika individu yang pro NKRI dan pro Aceh Merdeka. Kemudian di Papua, ada kisah seorang ayah yang membawa anaknya berobat pada klinik kesehatan terdekat, tapi harus berjalan kaki berhari- hari.

Ada kisah di Yogyakarta mengenai konflik keluarga akibat kemungkinan pewaris tahta kerajaan seorang wanita. Ada kisah di Jawa Tengah tentang penduduk yang cemas karena tersingkir industri. 

"Semua kisah adalah kisah nyata, dengan catatan kaki yang merujuk sumber informasi. Namun aneka kisah itu difiksikan agar lebih menyentuh. Dengan membaca 34 buku ini kita menyadari betapa kayanya kearifan lokal bumi nusantara," lanjut Denny.

Menurutnya, jika dulu kita mengenal budaya Indonesia dari aneka buku ilmiah, kita kita bisa masuk ke batinnya melalui puisi esai. Dari sisi puisi, semua menuliskan dalam bentuk puisi esai. 

Sebanyak lebih 170 puisi esai dalam 34 buku adalah puisi panjang yang berbabak. Uniknya, ada catatan kaki yang melampirkan fakta dan data menunjang kisah yang difiksikan. 

Sehingga menurutnya tak hanya mendapatkan drama tapi juga informasi tentang sejarah atau isu sosial. Puisi esai diklaim sebagai genre baru puisi. Ia menyebut hal ini tak hanya berhenti sebagai klaim namun diwujudkan dalam ratusan puisi dan puluhan buku.

"Di era media sosial, saya mencari cara paling mudah agar seluasnya publik bisa mengakses, membaca bahkan mengunduh 34 buku puisi esai. Cara paling jitu dan ngetrend, 34 buku itu bisa diakses di Facebook Perpustakan Puisi Esai. Data menunjukkan sebanyak 100-150 juta populasi Indonesia punya akun Facebook, " ucapnya.

Dua hal yang akan ia dan komunitasnya upayakan ke depan, adalah pertama, team akan memilih 34 puisi esai yang mewakili 34 provinsi untuk dibuatkan film pendek kerjasama dengan TV nasional. Puisi esai akan mengawali betapa puisi dapat menjadi basis untuk divisualkan dalam film.

Kedua, karena begitu banyak ruang dalam puisi esai untuk diiisi oleh kisah moral, ia dan komunitasnya berikhtiar membawa puisi esai masuk ke sekolah. Saatnya karakter siswa ikut juga dibentuk melalui sastra.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement