Ahad 05 Aug 2018 19:27 WIB

Konsumsi Rumah Tangga Masih Jadi Motor Pertumbuhan Ekonomi

Serapan belanja pemerintah khususnya belanja pegawai menstimulus ekonomi nasional.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Friska Yolanda
Calon pembeli memilih produk fashion di salah satu pusat perbelanjaan, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (4/8).
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Calon pembeli memilih produk fashion di salah satu pusat perbelanjaan, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (4/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Asian Development Bank Institute Eric Sugandi menilai, konsumsi rumah tangga masih akan menjadi motor pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua 2018. Eric mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua akan mencapai 5,2 persen. 

"Mesin utama pertumbuhan dan kontributor utama PDB di kuartal kedua 2018 tetap konsumsi rumah tangga dan ini dipengaruhi dengan faktor musiman Ramadhan dan Idul Fitri," kata Eric ketika dihubungi Republika.co.id, Ahad (5/8).

Eric menyebut, komponen pengeluran pemerintah juga akan mengalami pertumbuhan signifikan berkat belanja bantuan sosial dan pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR). 

Konsumsi Lembaga Nonprofit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) juga diprediksi tumbuh kuat berkat penyelenggaran Pilkada serentak 2018. "Investasi dan ekspor juga mendukung, namun neto ekspornya mungkin negatif," kata Eric.

Pengamat ekonomi dari Institute of Development for Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memprediksi, pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua 2018 adalah 5,15 persen. Bhima juga menyebut konsumsi rumah tangga akan terdorong naik berkat kenaikan THR dan libur panjang. Serapan belanja pemerintah khususnya belanja pegawai juga menstimulus ekonomi nasional.

"Meski tantangannya kelas menengah masih menahan belanja untk antisipasi kenaikan harga BBM nonsubsidi dan pangan di semester dua," kata Bhima. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement