REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kabupaten Sukoharjo merupakan daerah potensial untuk pengembangan produk jamu di Indonesia. Salah satu sentra produksi jamu yang terkenal di wilayah ini adalah di Desa Nguter.
Desa ini selain menyimpan potensi jamu rumahan besar, juga memiliki sejumlah pabrik penghasil beragam merek jamu.
Dari sekian perusahaan jamu yang masih eksis, PT Gujati 59 Utama adalah satu di antaranya. Perusahaan jamu olahan ini awalnya hanya memiliki enam karyawan hingga berkembang pada 2013 menjadi 150 karyawan.
"Tahun itu juga kami mendapat pinjaman dana dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir KUMKM (LPDB-KUMKM) sebesar Rp 2,2 miliar yang diberikan dua tahap. Dana sebesar itu kami pergunakan untuk pengembangan usaha dan sudah berhasil kami kembalikan lunas pada 2017," kata Direktur Utama PT Gujati 59 Utama Agung Shusena, saat dikunjungi di kantornya, akhir Juli kemarin.
Agung menambahkan, pinjaman dana yang didapat dari LPDB-KUMKM itu dirasakan sangat bermanfaat bagi jalannya usaha PT Gujati 59 Utama. Selain diperuntukkan untuk pengembangan usaha, dana yang diperoleh dari LPDB-KUMKM juga digunakan untuk diversifikasi produk hingga mencapai 20%. Imbas positifnya, kini perusahaan jamu ini sudah memiliki 400 karyawan.
PT Gujati 59 Utama, lanjut Agung, memilih LPDB-KUMKM sebagai tempat meminjam dana, karena merasa proses pengajuannya mudah. "Kita sangat terbantu dengan pinjaman dana LPDB ini karena prosesnya mudah dan bunganya murah," paparnya.
Total kini sudah ada 89 produk jamu olahan yang diproduksi oleh PT Gujati 59 Utama yang dipasarkan ke seluruh Indonesia dan sejumlah negara seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Ia berharap LPDB-KUMKM tidak hanya memberi pinjaman dana namun juga memberikan pembinaan dan fasilitas pemasaran produk-produknya. "Kita berharap dapat diikutsertakan pada event-event pameran nasional maupun luar negeri," harap Agung.