REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Geologi Surono memandang, pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat Indonesia dalam mengantisipasi musibah gempa cenderung masih minim. Bahkan menurut dia, mindset orang Indonesia cenderung kurang peduli terhadap suatu hal yang belum tentu kapan akan terjadi, seperti halnya gempa.
Surono yang kerap disapa Mbah Rono menyampaikan, hingga saat ini belum ada alat yang bisa mendeteksi kapan dan seberapa besar potensi guncangan gempa yang akan ditimbulkan oleh suatu patahan. Namun sebagai solusi, masyarakat dan lingkungan lah yang harus 'direkayasa' agar bisa siap menghadapi gempa.
Baca: Ini Suasana Mencekam Usai Gempa di Mataram
"Orang tidak mati karena goncangan gempa, bukan? Tapi orang mati karena tertimpa bangunan, ya berarti bangunannya lah yang harus kita perkuat. Supaya jika terjadi gempa bangunan itu ya boleh rusak tetapi tidak boleh mematikan manusia. Hanya itu yang bisa dilakukan," kata Mbah Rono saat dihubungi Republika.co.id, Senin (6/8).
Mbah Rono yang sempat menjabat sebagai Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM tersebut juga menganggap, selama ini pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan relawan-relawan di daerah sudah cukup sering memberikan imbauan kepada masyarakat terkait kegempaan.
Oleh karena itu, dia mengajak masyarakat untuk memperkaya pengetahuan, dan respect jika digelar simulasi gempa di daerah masing-masing. "Kalau kita nunjukkin latihan (simulasi kegempaan) di Jepang itu kan mereka sudah pengalaman ya. Tapi seharusnya lebih pengalaman Indonesia dong, karena Indonesia lebih sering gempa ketimbang Jepang," jelas dia.
Baca: Gempa Lombok, BMKG: Jauhi Bibir Pantai, Cari tempat Tinggi
Dia menyampaikan, Indonesia memiliki patahan yang sangat banyak sekali. Karena itu, masyarakat Indonesia wajib memahami alamnya sendiri.
Mbah Rono mengungkapkan, jika dirunut dari tahun 2002 di dunia telah terjadi 12 gempa besar yang menewaskan lebih dari 1.000 jiwa, dan yang perlu diketahui bersamaan empat gempa di antaranya terjadi di Indonesia. Tahun 2004 gempa besar di Aceh, 2005 di Nias, lalu pada tahun 2006 terjadi di Yogyakarta, dan tahun 2009 di Padang, Sumbar.
"Jadi memang Indonesia itu rawan gempa secara keseluruhan. Termasuk Lombok ini, bukan hanya sekarang Lombok ini terjadi gempa sudah berkali-kali terjadi gempa," kata dia.
Baca: Anak-Anak Sedang Menghafal Alquran Saat Gempa Terjadi
Terkait gempa Lombok yang terjadi dalam sepekan terakhir ini terjadi di busur belakang yang merupakan sesar naik, memanjang di Utara Bali, Nusa Tenggara. Yang terbentuk jika ada desakan dari Lempeng Australia dari sebelah Selatan Bali, Nusa Tenggara.
"Dan di sana ada zona penujaman yang terus mendorong ke arah Utara, kemudian arah utaranya terpatahkan kemudian jadilah sesar naik yang sekarang terjadi gempa dua kali dan seminggu di Lombok," jelas Mbah Rono.