Senin 06 Aug 2018 18:12 WIB

Meski Harga Anjlok, Budi Daya Lada Tetap Menguntungkan

Hasil panen pertama lada perdu dapat mencapai 900 kg atau sembilan kuintal.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yusuf Assidiq
Lada
Foto: [ist]
Lada

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Harga lada atau merica, saat ini sedang anjlok tajam. Dari harga tertinggi bisa mencapai Rp 150 ribu per kg, saat ini hanya dihargai sekitar Rp 30 ribu per kg di tingkat petani.

Meski demikian, penyusul pertanian dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga, Sri Haryanti, menyebutkan budi daya tanaman lada atau  merica perdu tetap menjanjikan keuntungan. ''Meski harga saat ini anjlok, budi daya lada sebenarnya tetap menguntungkan. Apalagi kalau harga sedang tinggi,'' jelasnya.

Disebutkan, untuk menanam lada perdu, jarak optimal antar tanaman hanya sekitar 1 kali 2 meter. Dengan jarak ini, dalam satu hektare bisa ditanami tanaman lada perdu sebanyak 4.500 pohon.

''Dengan jumlah tanaman sebanyak itu, hasil panen pertama lada perdu dapat mencapai 900 kg atau sembilan kuintal,'' katanya. Bila harga jual lada atau merica sedang anjlok sekitar Rp 30 ribu per kg seperti sekarang, maka hasil panen yang diperoleh petani bisa mencapai Rp 27 juta.

Menurutnya, tanaman lada perdu sebaiknya mulai panen setelah berumur dua tahun. Meskipun pada tahun pertama tanaman lada sudah mulai berbuah, sebaiknya pucuk tanaman dipangkas dulu. Ini dimaksudkan agar hasil panen tahun kedua bisa optimal karena akar tanaman sudah menjadi kokoh dan kuat.

Setelah panen pertama di tahun kedua, maka hasil panen pada tahun-tahun selanjutnya akan terus meningkat. Biasanya, hasil panen lada pada tahun ketiga bisa mencapai 2.250 kg per hektare. ''Kalau harganya masih Rp 30 ribu per kg, maka petani bisa memperoleh pendapatan Rp 67,5 juta,'' katanya.

Ia menyebutkan, tanaman lada bisa terus dipanen hingga lebih dari 10 tahun. ''Selama lebih dari 10 tahun, tanaman lada akan terus berproduksi. Bahkan bisa lebih, asalnya perawatannya baik,'' katanya.

Sri Haryanti juga menyatakan, antara lada perdu dan lada rambat memiliki perbedaan pada teknik budidayanya. Lada perdu tidak memerlukan tiang panjat, sehingga teknik budidayanya lebih praktis, efisien dan ekonomis.

Selain itu jarak tanam lada perdu lebih rapat 1x2 meter, sementara lada panjat membutuhkan jarak tanam minimal 2x2 meter.  Keuntungan lain yang didapatkan dari lada perdu, juga dalam hal pemeliharaan dan pemanenan. Untuk memanen atau merawat tanaman, petani tidak perlu menggunakan tangga.

Sedangkan untuk menanggulangi hama dan penyakit tanaman lada, Sri Haryanti juga menyatakan tidak sulit. ''Cukup dengan menyemprotkan pestisida sebulan sekali atau sesuai kebutuhan,' katanya.

Menyikapi hasil budi daya lada atau merica yang cukup prospektif ini, Sri Haryanti menyatakan, BPP Pengadegan sedang mengembangkan bibit tanaman lada perdu. Terlebih karena petani di Pengadegan, cukup tertarik untuk mengembangkan tanaman ini.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement